Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni - Mengapa Harus Pingkan dan Sarwono? Begini Jawaban Sapardi Djoko Damono
Kata demi kata yang membuat pikiran melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kadang tak malu untuk terlihat rapuh dan jujur
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tak ada yang lebih tabah dari 'Hujan Bulan Juni'.
Penggalan puisi Hujan bulan juni, siapa yang tak kenal puisi ciptaan Sapardi Djoko Damono itu.
Hujan bulan juni, kemudian diangkat menjadi sebuah novel karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Gramedia pada Juni 2015.
Novel setebal 135 halaman ini menceritakan tentang kehidupan antara dua sejoli (Sarwono & Pingkan) yang penuh liku.
Di dalam tulisannya, Sapardi Djoko Damono tetaplah memunculkan ciri khasnya yang lihai dan penuh penghayatan dalam menyusun kata demi kata.
Banyak kalimat yang terbaca seperti sebuah syair dalam setiap percakapan.
Muncul juga beberapa kalimat percakapan yang menggunakan bahasa Jawa pada di dalam novel ini.
Disisipkan juga beberapa bait puisi yang menambah bumbu romantika dalam sebuah kehidupan dan hubungan.
Sungguh alur cerita sederhana yang malah mebuatnya sulit untuk ditebak.
Kata demi kata yang membuat pikiran melayang-layang seperti seorang penyair yang pandai memuji, namun kadang tak malu untuk terlihat rapuh dan jujur hingga pembaca dengan mudah menitihkan airmata.

Pergolakan hati dan karir yang terus bertanya bagaimana mungkin Sarwono bisa tetap meyakinkan diri ini dalam suatu hubungan, dengan latar belakang perbedaan, dan juga Pingkan yang ingin meniti karir hingga harus terpisah jarak.
Ya, novel ini benar-benar membuat kita terhanyut dalam alurnya ketika sedang membaca.
KENAPA PINGKAN DAN SARWONO
Bagi kalian yang sudah membaca novel tersebut, mungkin akan terlintas pertanyaan, kenapa harus Pingkan (Minahasa) dan Sarwono (Jawa).
Ditemui tim Tribun Manado saat kunjungan Sapardi Djoko Damono di Manado, Kamis (19/10/2017) kemarin, Sang pemilik imaji menjawab pertanyaan tersebut.
(TribunManado/Try)