Edisi Minggu History
(History) Setelah Raja Kaidipang Menjadi Kristen
Kubur raja itu juga tidak tampak seperti kuburan modern sekarang. Kubur itu seperti bongkahan batu saja.
Penulis: | Editor: Aldi Ponge
Tahun 1967 bersama dengan Buol, kerajaan ini pernah menyerang Kerajaan Bolaang tapi gagal di mana Kerajaan Bolaang meminta bantuan Kerajaan Siau dengan panglimanya Hengkenaung. Tahun 1670‑an, bersama Mandar dan Buol, mereka menyerang lagi tapi gagal sekitar tahun 1676. Maurist memerintah dari tahun 1630‑1679.
Leluhur
Sinyo membenarkan bahwa nenek moyang Datu Binangkal ialah Bayamoito dan Labinggele melalui sebuah buku dengan tulisan tangan yang ditunjukkannya kepada Tribun Manado.
"Mereka tinggal di Vuntu (gunung) Moilon Mokapogu/Kadul sekitar pegunungan Kabila Selatan Kaidipang," katanya.
Ia mengatakan kedua leluhur itu selain bertani juga momagiso (menyadap nira). Setelah suatu malam yang mencekam dengan hujan dan halilintar, pada suatu pagi yang cerah mereka mendengar suara tangisan bayi di dalam rotan merah (Uwe Do'na) dekat mata air tempat di mana mereka biasa mandi, mencuci dan lain‑lain. Mereka tidak memperhatikan rotan yang yang makin hari makin membesar di mana Bayamoito sering kecing. Dari rotan itu keluarlah bayi.
Anak itu bernama Mokodoludu. Mokodoludu menikah dengan Manggeadi dan mendapatkan anak Dotinggulo. Dotinggulo menikah dengan Katulimeme dan mendapatkan anak Mokoanga. Mokoanga yang menikah dengan Kumilato yang kemudian mendapatkan anak Maoritz Datoe Binangkal Korompot (Pugu‑pugu).
Asal Kata Kaidipang
Kata 'Kaidipang' sendiri berasal dari kata 'keidupa' yang terdiri dari kata 'kei' yang berarti 'kayu' dan 'dupa' yang berarti 'harum'. Menurut Sinyo, kayu itu biasa dipakai untuk membuat perahu dow.
Daerah Kaidipang sendiri sudah tertulis dalam buku Carte de'l Isle Celebes ov Macassar 1400 halaman 249 dengan tulisan "caidoepa". DR EG Godve Mals Bergen dalam buku Gischal Den Van Minahasa TAT 1928 halaman 202 menulisnya caidipan, coudipan, caudepan, caydipan. Dalam Bolaang Mongondow Dosch Nederlanch karya DR Demischer ditulis caidipan "kayu doepa".
Adapun gelar Datu Binangkal berasal dari kata 'datu' yang artinya 'pemimpin', dan 'binangkal' yang artinya 'diagungkan' atau 'dibesarkan'.
Raja-raja Kaidipang
1. 1630‑1679 - Maurits Datuk Binangkal Korompot, Kristen Katolik
2. 1679‑1699 - Tiaha Korompot, Kristen Katolik
3. 1699‑1709 - Dadoali Korompot, Kristen Katolik
4. 1709‑1710 - Pilips Korompot, Kristen Katolik