Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Anak Perempuannya Lahir Usai G30S, Kolonel Sugiono: Om Saja yang Jadi Tentara

Lahir tanpa ayah karena tewas dibunuh PKI, Nama anak perempuan Kolonel Sugiono diberikan oleh Presiden Pertama RI Soekarno.

Penulis: Aldi Ponge | Editor: Aldi Ponge
Kolonel Inf (Anumerta) R. Sugiyono Mangunwiyoto 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Lima hari lagi, bangsa Indonesia akan memperingati hari paling kelam dalam sejarah negeri ini yakni peristiwa Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia atau dikenal G30S PKI.

52 tahun telah berlalu, namun luka bangsa ini belum terobati. Banyak yang belum bisa memaafkan aksi pemberontakan yang didalangi PKI tersebut.

Sepuluh perwira TNI-Polri mati dibunuh saat peristiwa itu terjadi baik di Jakarta dan Yogyakarta.

Satu diantaranya adalah Kolonel Sugiono yang ditemukan tewas bersama atasannya, Komandan Korem 072/Pamungkas, Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo di Yogyakarta.

Baca: Ketua Umum PBNU: PKI Dijadikan Isu Besar Jelang 2019

Mungkin sosok Kolonel Sugiono yang saat itu menjabat Kepala Staf Korem 072/Pamungkas tak setenar nama Jenderal korban pembunuhan sadis itu. Atau bisa jadi tak banyak yang tahu sosok pahlawan revolusi yang satu ini.

Bahkan wikipedia pun hanya merilis data seadanya terkait pahlawan yang memiliki nama lengkap Raden Sugiono Mangunwiyoto ini. 

Baca: Heboh! Video Ditanya Tentang Kebangkitan Komunis, Gus Dur: PKI Aja Ditakuti

Kolonel Sugiono dilahirkan dilahirkan di Gedaren, Gunung Kidul pada 12 Agustus 1926 dan meninggal pada usia 39 tahun. Dia menikahi seorang perawat RS Bethesda, Supriyati.

Mereka bertemu saat Kolonel Sugiono dirawat ketika cedera bertugas di medan perang.

Mereka dikaruniai enam orang anak laki-laki dan satu perempuan yang merupakan anak bungsu yakni Sugiarti Takarina.

Sayangnya, Sugiarti Takarina tak pernah melihat langsung wajah sang ayah. Sugiarti lahir 20 hari setelah jasad sang ayah ditemukan atau sekitar sebulan setelah Kolonel Sugiono diculik. 

Baca: Pierre Tendean di Mata Kakak dan Adiknya: Seandainya Pierre Masih Hidup

Padahal umumnya, nama anak diberikan oleh ayahnya sendiri. Tapi nama Sugiarti Takarina adalah pemberian Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno

Saat ini, tak banyak lagi publik yang keberadaan anak-anak Kolonel Sugiono. Mereka nyaris hilang dan dilupakan bangsa ini. Nama mereka tak setenar anak-anak pahlawan revolusi lainnya.

Sedangkan Istri Kolonel Sugiono baru saja meninggal pada 18 Januari 2017 dalam usia 89 tahun.

Daerah kelahirannya seriang dianggap orang wilayah tertinggal karena sumber air yang minim.

Namun Kolonel Sugiono dikenal sebagai sosok pekerja keras hingga mengantarkannya pada posisi tersebut.

Baca: Pierre Tendean, Muda, Cerdas, Tampan, Pahlawan Revolusi yang Batal Menikah karena Dibunuh

Awalnya dia ingin menjadi guru, namun kedatangan Jepang, memaksanya berhenti dan mengikuti pendidikan ketentaraan di Pembela Tanah Air (PETA).

Setelah proklmasi kemerdekaan, ia bergabung dengan Tetara Keamanan Rakyat (TKR). Ini menjadi ajudan Komandan Brigade 10 dibawah pimpinan Letkol Suharto.

Ia ikut berjuang dalam serangan umum 1 Maret 1945.

Sugeng Pratopo, keponakan Kolonel Sugiono menceritakan kenangan sebelum wafatnya Kolonel Sugiyono yang menjadi kebanggan keluarga. Kolonel Sugiono memliki 16 saudara.

Suatu ketika, Kolonel Sugiyono pulang ke Gedaren, sudah menjadi kebiasaan. Semua anggota keluarga pun berkumpul.

Kolonel Sugiyono berpesan : “Jangan ada yang menjadi tentara, menjadi tentara itu berat. Si Om saja yang menjadi tentara," kutip Sugeng.

Sugeng Pratopo pun diajak berkeliling ke rumah semua saudaranya di wilayah Ponjong dengan memakai seragam dinas serta membawa mobil gas ciri khas tentara kala itu.

Dalam kunjungan tersebut disertai canda, ia meminta hasil tani berupa kacang tanah kepada kakak-kakaknya.

“Kemudian pernah juga mengajak kami ke Gembira Loka untuk bermain dan bersenang-senang, bersama semua keponakan,” ungkapnya.

Tidak lama setelah beberapa peristiwa tersebut, ia mendapat kabar dari pemerintah, bahwa paman kebanggaannya meninggal dibunuh oleh PKI.

Dalam Biografi Kolonel Sugiono diceritakan bahwa ia ikut serta dalam Gerakan Operasi Militer (GOM) III dalam rangka menumpas pemberontakan KNIL di wilayah Sulawesi Selatan, yang dipimpin oleh Andi Aziz, Raja Gowa ke-16, dinobatkan pada tahun 1653.

Pada Juni 1965, ia diangkat menjadi Letnan Kolonel dan menjadi Kepala Staf Komando Resort Militer (Korem) 072 Kodam VII/Diponegoro di Yogyakarta, yang kemudian berubah nama menjadi Kodam IV/Diponegoro dibawah pimpinan Kolonel Katamso.

Saat itu, situasi negara dalam keadaan krisis. Ada perseteruan antara ABRI di bawah komando Angkatan Darat (AD) dengan PKI, mulai dari pusat pemerintahan sampai ke daerah. 

Salah satu daerah tersebut adalah Yogyakarta, dan Surakarta yang menjadi arena percobaan mereka untuk mempersiapkan pemberontakan. 

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Letnan Kol. Sugiyono kembali ke Yogyakarta setelah beberapa waktu bertugas di Pekalongan.

Ia langsung menuju markas Korem 072 yang pada saat itu telah dikuasai militer pro-PKI, namun ia tidak mengetahui hal tersebut.

Kolonel Sugiono salah satu tokoh ABRI yang diincar oleh PKI, sehingga pada kesempatan itu ia langsung ditangkap.

Ia dibawa ke Kentungan, sebelah utara Yogyakarta dan kemudian dibunuh. Jenazahnya dimasukkan ke dalam sebuah lubang yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh PKI.

Jenazahnya ditemukan pada 21 Oktober 1965. Pada tanggal 22 Oktober, jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta.

Kolonel Infanteri TNI (Anumerta) Sugiyono dianugrahkan dijadikan Pahlawan Revolusi berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.118/KOTI/1965 tertanggal 19 Oktober 1965. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini diakui juga sebagai Pahlawan Nasional.

Baca: G30S/PKI Mata Dicungkil,Alat Kelamin Dipotong, Benar Atau Hoax ? Simak Faktanya

Baca: HEBOH! Sambil Acungkan Samurai, 3 Pria Ini Menghadang Puluhan Polisi

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved