Cara Duduknya Bersama AHY Dibanding-bandingin, Gibran 'Labrak' Balik! Duuh Kalimatnya

 TRIBUNMANADO.CO.ID - Putra Presiden Joko Widodo dibuat 'panas kuping' juga gara-gara cara duduknya bersama putra sulung SBY dibanding-bandingin.

Beberapa waktu lalu, putra sulung Jokowi ini berkesempatan ngobrol bareng Agus Harimurti Yudhohoyo (AHY) saat putra SBY itu berkunjung ke istana kepresidenan.

Baca: Gibran Vs AHY - Gaya Dasteran dan Kondangan, Komentar Warganet Bikin Ngakak Guling-guling

AHY datang dalam rangka mengundang Presiden Jokowi dan keluarga untuk hadir dalam acara peresmian Yudhoyono Institute.

Saat Gibran bertemu AHY, foto keduanya langsung menjadi viral di dunia maya.

Pasalnya, penampilan Gibran maupun AHY terkesan begitu kontras.

AHY tampil sangat formal dengan mengenakan setelah kemeja batik dan celana panjang hitam.

Sedangkan Gibran muncul dengan mengenakan kemeja hoddie lengan panjang dan celana denim digulung, lengkap dengan sepatu sneakers. 

Gibran yang tampil santai dan AHY dengan penampilan formal tak pelak menimbulkan 'pergunjingan' yang ramai di media sosial.

Baca: Hina Abangnya Punya Usaha Baru Bisnis Sewa WC, Kaesang Diskak Gibran

Bukan hanya pakaian, ternyata gaya duduk keduanya pun dikomentari dan dibanding-bandingin.

Seorang warganet yang memposting potongan foto perbandingan cara duduk keduanya, yang kemudian dimention ke akun twitter Gibran dan AHY akhirnya kena 'labrak' balik.

Baca: Pernah Viral karena Ganteng, Begini Kondisi Terbaru Driver Ojek Online di Manado ini

Gibran melalui akun twitternya @chilli_pari meretweet kembali postingan yang dikirim pemilik akun Budi Susanto‏
@EachChoose, kemudian menambahkan sebuah kalimat yang 'menusuk langsung ke ulu hati'.

Inilah postingan yang mendapat tangapan Gibran :

Dalam postingan itu, pemilik akun @EachChoose menuliskan : "Klo dilihat dr cara duduknya coba tebak mana yg keliatan sombong & angkuh? 1. Gibran @Chilli_Pari atau 2. AgusYudhoyono atau tdk keduanya"

Gibran pun menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat, "Saya yg sombong"

Jawaban telak Gibran ini sontak menuai berbagai komentar warganet.

Nia  @ClaiirDeLunee 
Gapapa ndeso yg penting sombong ya mas *emoji ngakak

Anggit Pinuji‏ @anggitpinuji 
Gpp sombong tp baik hati, apa lagi kalo bilang ke aku 'dah sana ambil tuh markobarnya

Tyorin Same‏ @TyorinSame 
Gpp dibilang sombong sing penting sembodo, Mandiri dan nggak aji mumpung dan minta fasilitas karena anak presiden. Sukses selalu mas yo

NanikR_Cece‏ @NanikR_Cece  
Ga penting banget ya ngurusi cara orang duduk .. yg aku tahu dua2nya baik.

Wolter Wortel‏ @WolterWortel  
Biar ndeso, yg penting sombong.

Pertemuan Gibran dan AHY Contoh yang Baik

Contoh yang baik baru saja dipertontonkan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, dan putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (10/8/2017).

Hal itu disampaikan Pengamat Politik Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI), Indria Samego.

Memang Gibran hanya ikut menemani ayahnya saat menerima putra sulung SBY itu di Presidential Lounge, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Namun yang terlihat suasana silaturahmi penuh keakraban dan cair diantara keduanya.

Bahkan, Gibran memasak gudeg dan bubur lemu spesial untuk menjamu AHY.

Inilah contoh baik berpolitik yang sedang ditunjukan dua anak muda, yakni AHY dan Gibran, menurut Indria Samego.

Meskipun, kedatangan Agus ke Istana dalam rangka minta restu dan wejangan dari Presiden Jokowi terkait peresmian The Yudhoyono Institute.

Pertemuan antara Jokowi, Gibran, dan Agus itu berlangsung sekitar satu setengah jam.

The Yudhoyono Institute, yang akan diluncurkan pada Kamis malam nanti, merupakan lembaga yang dipimpin Agus. Lembaga ini akan fokus pada isu-isu nasional dan global.

"Semoga apa yang dilakukan AHY dan Gibran menjadi contoh bagi generasinya di dalam memahami makna politik dan perbedaan. Jangan karena beda warna partai, silaturahmi pun bubar," ujar Indria Samego.

Ia mengatakan, para politisi generasi awal Kemerdekaan bangsa ini telah mengajarkan itu.

"Dengan demikian, kunci hubungan antar elite adalah pada komunikasi politik dan human communication," jelasnya.