Rumah Dihantam Batu, Julius: Tuhan Masih Sayang Kami
Bencana kembali hantui Kota Bitung. Rumah keluarga Mahadide-Lukas di Kelurahan Tandurusa rusak.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Bencana kembali hantui Kota Bitung. Rumah keluarga Mahadide-Lukas di Kelurahan Tandurusa rusak diterjang longsoran batu dan pasir dari tanggul yang roboh di atas rumah, Kamis (21/6) pukul 20.00 Wita.
Material batu berukuran besar menjebol dinding ruang tengah rumah yang sementara di rehab tersebut.
Batu menghancurkan pula lantai ruangan.
Sejumlah dinding di ruangan lainnya retak terdampak hantaman batu itu.
Mereka belum sepenuhnya terlepas dari pusaran bencana, dikarenakan hujan masih saja turun.
Dalam kondisi mencekam itu, Yulius Mahadide masih bisa mengucap syukur.
"Tuhan masih sayang kami, dinding boleh hancur namun nyawa kami sekeluarga terselamatkan," kata dia.
Menurut Julius, saat kejadian, ia bersama istri dan anaknya Theogives yang masih berusia sepuluh tahun berada di ruangan itu.
Istrinya menstrika pakaian.
Sedang ia dan anaknya berbaring di kasur samping tempat strika.
"Tiba-tiba terdengar suara keras, lantas kami lari, lalu batu mengantam dinding kemudian menghempas di lantai tempat kami sebelumnya berada," kata dia.
Sebut dia, ia dan sang anak sering tidur beralaskan kasur di ruangan itu.
Seringkali keduanya tertidur meski belum larut malam.
"Ini memang mukjizat Tuhan, bagaimana kalau kami tidur, atau kejadian itu terjadi malam hari, pasti kami sudah mati," kata dia.
Usai kejadian itu, ujar dia, sekeluarga langsung panjatkan doa. Yulius percaya dengan hikmah di balik bencana itu.
"Semoga ini menggugah pemerintah supaya secepatnya menyelesaikan pembangunan tanggul, biar kami jadi semacam korban," kata dia.
Menurut dia, tanggul yang dibangun pemerintah belum sampai ke rumahnya. Tiang pancang baru dipasang pekan lalu di atas rumahnya.
"Harus segera dipercepat agar tidak jatuh korban lebih banyak," kata dia.
Sedang tanggul yang roboh adalah yang dibangun warga beberapa tahun lalu.
Ia mengakui tanggul itu banyak kekurangan karena dibangun secara swadaya.
Sebanyak 200 rumah di Tandurusa terancam bahaya longsor. Rumah tersebut berada di bawah bukit.
Tanggul penahan longsor yang dibangun pemerintah baru puluhan meter. Olga salah satu warga menuturkan, mereka tidak tidur kala hujan.
"Kalau hujan kami semua keluar rumah, menuju ke rumah ibadah atau tetangga yang berada di tempat aman," kata dia.
Dikatakannya, ibarat perang, warga tak mau meninggalkan kawannya.
Warga yang tertidur pintunya digedor.
"Ada pula orang tua yang kami gendong," kata dia. Sebut Olga, dulunya warga tak demikian.
Kesadaran nanti muncul setelah bencana besar lalu.
"Kami tak kena waktu itu, tapi melihat banjir besar yang melanda warga lainnya kami jadi waspada," kata dia.
Aso warga lainnya mengatakan, batu jatuh merupakan hal biasa. Pernah, kata dia, rumah seorang nenek yang hidup sendiri dijatuhi batu belasan kali. "Namun tak apa -apa," kata dia.
Menurut Jufri warga lainnya, pernah ada sekeluarga yang meninggal karena rumahnya kejatuhan batu.
Peristiwa itu terjadi lama namun masih membekas diingatan warga. "Makanya segera buat tanggul itu," kata dia.
Kaban BPBD Bitung Frangky Ladi menuturkan, proyek tanggul itu tengah dikerjakan pihak PU.
"Sementara dikerjakan," kata dia.
Dikatakan Ladi, pihaknya memang memberlakukan siaga bencana sehubungan dengan cuaca buruk. "Petugas kami memantau di lapangan berkoordinasi dengan Camat dan Lurah," kata dia. (art)
STORY HIGHLIGHTS
* Julius bersama istri dan anaknya Theogives yang masih berusia sepuluh tahun berada di ruangan itu
* Istri menstrika pakaian. Sedang ia dan anaknya berbaring di kasur samping tempat strika
* Tiba-tiba terdengar suara keras, lantas mereka lari, lalu batu mengantam dinding kemudian menghempas di lantai tempat kami sebelumnya berada