Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Warga Enggan Mengambil Beras Berkutu dan Berulat

Miris nasib keluarga miskin penerima beras sejahtera, bantuan dari pemerintah. Mereka mendapatkan beras.

Penulis: | Editor: Lodie_Tombeg
zoom-inlihat foto Warga Enggan Mengambil Beras Berkutu dan Berulat
NET
Ilustrasi

TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI - Miris nasib keluarga miskin penerima beras sejahtera, bantuan dari pemerintah. Mereka mendapatkan beras yang berkutu dan berulat. Sejumlah penerima rastra kecewa lantaran beras tak layak konsumsi.

Berdasarkan pengakuan sejumlah warga, mereka menerima beras yang berbau busuk, warnanya kuning kecoklatan, berkutu bahkan ada ulat. Mereka seolah dipaksa makan beras tak layak dikonsumsi.
"Kalau minta beras ditukar, lalu ditukar sama saja. Berasnya hampir tidak bisa dikonsumsi," kata sejumlah yang penerima rastra di Desa Watutumou, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Selasa (6/6).

Kondisi beras tersebut dibenarkan Kumtua Watutumou Boy Kodoati. "Saya juga terima keluhan itu. Secara pribadi saya jelas kecewa, tapi yang lebih kecewa adalah masyarakat yang menerima. Saya berharap ke depan ada perbaikan kualitas beras rastra sehingga layak dikonsumsi masyarakat," ujar Kodoati.

Selain masalah kualitas beras, keluhan lainnya adalah jumlah penerima rastra yang tidak update sesuai informasi pemerintah desa.
Kodoati mengatakan, dari total penduduk Desa Watutumou 3.346 jiwa atau 770 kepala keluarga, penerima rastra sebanyak 173 KK.

"Sudah memasukan data terbaru tapi tidak pernah di-update. Yang keluar justru data lama sehingga masih ada nama warga yang sudah meninggal, keluar lagi," ujar Kodoai.
Penyaluran rastra tahap pertama sudah hampir 100 persen, dengan pembagian 15 kilogram (Kg) per KK dan harga Rp 1.600 per Kg.

"Sebelum pembagian, pemerintah desa melakukan musyawarah dengan Badan Pemberdayaan Desa. Kami lebih dulu mendengar laporan dari kepala jaga, kalau ada yang dapat bantuan tapi malas kerja bakti, ini juga jadi pertimbangan kami," tegas Kodoati.

Kumtua Watutumou II Defli Bawanda mengatakan, ada beberapa warga tidak lagi mengambil beras raskin. "Kan yang kami dapat ini jatah untuk tiga bulan, tapi warga cuma ambil yang satu bulan saja. Mereka pilih mana yang masih bagus berasnya, yang lain menumpuk di kantor desa," ujar Bawanda.

Sebelumnya, pihak Bulog sempat membuat warga Desa Kema III, Kecamatan Kema kecewa ketika melakukan operasi pasar murah keliling.
Pasalnya, beras kualitas premium yang dijual seharga Rp 96 ribu per 10 Kg, didapati banyak kutu. *

STORY HIGHLIGHTS
* Keluar justru data lama sehingga masih ada nama warga yang sudah meninggal, keluar lagi
* Jatah untuk tiga bulan, tapi warga cuma ambil yang satu bulan saja. Mereka pilih mana yang masih bagus berasnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved