Pasien RSUD Bitung Mengeluh Cuci Darah di Manado
RSUD Manembo-nembo Kota Bitung banjir keluhan pasien. Mulai dari kekurangan fasilitas, minimnya tenaga dokter.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - RSUD Manembo-nembo Kota Bitung banjir keluhan pasien. Mulai dari kekurangan fasilitas, minimnya tenaga dokter, stok obat kurang hingga maraknya pencurian.
Lita Tiwoli, seorang pasien mengeluhkan, tiadanya alat pencuci darah di rumah sakit itu.
Akibatnya, dia musti cuci darah di Manado.
"Ini sangat menyusahkan, bayangkan harus naik angkot ke Manado, belum lagi biaya transportnya," kata dia, Jumat (26/5).
Sebut Lita, tiadanya alat cuci darah tersebut turut andil pada kematian seorang rekannya.
Rekan tersebut sulit bolak-balik Bitung Manado. "Akhirnya ia meninggal," kata dia.
Data Tribun Manado, ada sekitar 30-an pasien yang terpaksa cuci darah di Manado. Keluhan pasien lainnya adalah seringnya dokter absen.
Arnold, seorang pasien mengaku, pernah hampir seharian tidak dilayani dokter. "Katanya dokter tidak masuk, saya jengkel sekali," kata dia.
Sejumlah pasien BPJS mengeluh obat tidak selalu tersedia. Pihak rumah sakit selalu memberi resep di apotek luar rumah sakit.
"Kalau begini sama saja dengan bukan BPJS," keluh sejumlah warga.
Dari segi keamanan rumah sakit juga dikeluhkan warga. Pencurian sering terjadi.
Data Polsek Ranowulu, setiap bulan ada saja laporan sepeda motor hilang di parkiran rumah sakit. Barang terbanyak yang dilaporkan hilang adalah ponsel.
Dirut RSUD Manembo-nembo, Pieter Lumingkewas, punya pengalaman unik dengan pencurian di rumah sakit yang dipimpinnya.
Cerita dia, tiga orang pernah menawarkan untuk mendoakan seorang pasien yang sedang jalani rawat inap di salah satu bangsal rumah sakit.
Sedang berdoa, seorang di antaranya mengambil ponsel yang ada di atas meja.
Keluarga nanti menyadari kehilangan itu kala para 'pendoa' itu pergi. "Macam-macam modus pencurian di rumah sakit ini," kata dia.
Lumingkewas mengakui jika alat kesehatan di rumah sakit tersebut sebagian besar sudah rusak dan ketinggalan.
Hal itu dikarenakan asupan dana dari APBN macet sejak beberapa tahun lalu. "Terakhir kita peroleh bantuan tahun 2013," kata dia.
Menurut Pieter, kerusakan peralatan di rumah sakit itu sudah kategori gawat. Untuk alat di ICU, yang diadakan tahun 2011, hanya 1 yang berfungsi dari 4 yang dimiliki.
"Kita juga tak punya alat cuci darah dan pacu jantung, kasur pun sudah banyak yang rusak," kata dia.
Disebut Pieter, pihaknya tak bisa berharap dana APBD karena hanya dialokasikan untuk bayar gaji dan operasional rumah sakit.
Dikatakan Pieter, saat ini pihaknya sementara melakukan lobi untuk mendapatkan dana APBN. *
STORY HIGHLIGHTS
* Mulai dari kekurangan fasilitas, minimnya tenaga dokter, stok obat kurang hingga maraknya pencurian
* Tiadanya alat cuci darah tersebut turut andil pada kematian seorang
* Ada sekitar 30-an pasien yang terpaksa cuci darah di Manado