Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tribun Manado History

Dua Pasar di Kelurahan Gogagoman, Dulu Persawahan, Kini Diperebutkan

DI Kelurahan Gogagoman, Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, sekitar tahun 1950-an hanya ada satu pasar besar, yaitu Pasar 23 Maret.

Penulis: Handhika Dawangi | Editor:
TRIBUNMANADO/HANDHIKA DAWANGI
Tampak depan pasar 23 Maret dan pasar serasi 

Laporan wartawan Tribun Manado Handhika Dawangi

TRIBUNMANADO.CO.ID, KOTAMOBAGU - DI Kelurahan Gogagoman, Kotamobagu Barat, Kota Kotamobagu, sekitar tahun 1950-an hanya ada satu pasar besar, yaitu Pasar 23 Maret. Saat itu Kotamobagu adalah ibu kota Kabupaten Bolaang Mongondow.

Pasar tersebut terletak tepat di antara Jalan Kartini dan Jalan Bogani. Waktu itu Jalan Kartini adalah kompleks pertokoan khusus pedagang Arab. Di sana juga ada stasiun khusus bendi. Adapun Jalan Bogani dulu masih milik pemerintah dan dijadikan stasiun angkutan umum roda empat.

Setelah 26 tahun kemudian atau pada 1976, Pemerintah Kabupaten Bolmong mendirikan satu pasar lagi tak jauh dari Pasar 23 Maret dan masih dalam kelurahan yang sama. Pasar itu kemudian diberi nama Pasar Serasi.

Keberadaan pasar baru itu karena Pasar 23 Maret atau pasar lama tidak bisa lagi menampung lonjakan jumlah pedagang. Pemerintah harus membebaskan lahan sebelum mendirikan pasar baru.

Kepada Tribun Manado beberapa waktu lalu, Bambang Mardianto, Kepala Bidang Perdagangan Disperidagkop PM Kotamobagu, mengatakan, kala itu ia baru duduk di bangku kelas 3 SMP. Rumahnya di Gogagoman, yakni di Jalan Kartini yang berbatasan dengan Lorong Talaga.

Kata dia, Pasar Serasi dan Jalan Serasi dulunya adalah persawahan. "Kelurahan Gogagoman itu memang dulunya hampir semuanya persawahan," kata dia.

Ia menyebut, waktu itu pada era Presiden Soeharto ada program "Instruksi Presiden" atau disingkat "Inpres". Embel-embel "Inpres" itu melekat pada pembangunan sekolah dasar dan pasar. Kehadiran Pasar Serasi kemudian dikenal dengan nama "Pasar Inpres".

Saat itu Gogagoman merupakan pusat perdagangan di Bolmong. Sekolah dan pasar inpres dibuat berdekatan. Anggarannya dari pemerintah pusat.

"Dibuat pasar inpres sekitar 100 meter dari Pasar 23 Maret. Pasar Inpres kemudian berganti nama oleh bupati waktu itu pada sekitar 1990-an menjadi Pasar Serasi dengan kepanjangan 'Sejuk, Rapi, Aman, Sehat, dan Indah'," terangnya.
Lanjut Bambang, Pasar Serasi sudah dua kali direnovasi. Yang pertama kali karena ludes terbakar. Proyek renovasi diberikan kontrak ke PT Hasrjat Abadi dengan jangka waktu 15 tahun.

Renovasi kedua juga karena kebakaran, namun hanya bagian depan. "Yang kedua kontrak renovasi diberikan kepada Haji Agus, orang Makassar yang sudah tinggal 10 tahun di Kotamobagu," kata dia.

Pasar Serasi dulunya tidak memiliki pagar karena ada perjanjian dengan pemilik lahan sekitar, yakni warga Gogagoman. Warga setempat juga ingin memanfaatkan lahannya untuk berjualan.

Belakangan, setelah Kotamobagu menjadi daerah otonom, keberadaan Pasar Serasi 'digugat' oleh warga setempat. Pemerintah Kota Kotamobagu kini memilih membenahi Pasar 23 Maret.

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved