Rudo 'Diselamatkan' Pohon Asam Jawa, Lindungi Istri dan Anak Dari Terjangan Puting Beliung
Terjangan angin puting beliung di Desa Binjeita II, Bolangitang Timur, Bolmut, Rabu (13/9) sekitar pukul 17.00 Wita, masih menyisahkan trauma mendalam
Penulis: | Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Warstef Abisada
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOROKO - Terjangan angin puting beliung di Desa Binjeita II, Kecamatan Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang Mongondouw Utara (Bolmut), Rabu (13/9) sekitar pukul 17.00 Wita, masih menyisahkan trauma cukup mendalam bagi sebagian masyarakat, yang rumahnya porak-poranda dihantam pusaran angin.
SEPERTI yang dialami Rudo Alung, warga Desa Binjeita II. Ayah dari Aldy dan Alda ini, masih belum bisa melupakan bagaimana ganasnya terjangan angin, hingga nyaris merenggut keluarganya.
‘’Jika saya, istri, dan anak saya tidak berpegang kuat pada pohon jawa yang ditanam di belakang rumah, mungkin saat itu keluarga saya sudah dibawa terbang oleh angina tersebut pada saat kejadian,’’ katanya kepada Tribun Manado, Rabu (14/9).
Diakui Rudo, rumah miliknya yang pertama kali dirusak oleh angin puting beliung.
‘’Saya memang melihat arah angina memang menuju ke rumah saya, jadi saat itu juga saya perintahkan istri dan anak saya untuk keluar dari rumah dan tiarap sambil berpelukan kuat pada pohon asam jawa agar tak ikut terbang terbawa angina,’’ jelasnya.
Ia mengungkapkan, sebenarnya sudah curiga akan ada serangan angin puting beliung. Sebab, saat berada di pantai ketika memancing ikan bersama putranya Aldy, sudah melihat awan hitam dan air laut yang melompat-lompat seperti ikan layar di tengah lautan.
‘’Kecurigaan saya benar, saat hampir tiba di rumah angin sudah berputar di udara dan mengangkat pohon kelapa serta sebuah lemari, yang tak tahu jatuhnya kemana,’’ ungkapnya.
Saat angin mengangkat dan merusak rumahnya, Rudo hanya bisa menangis dan berteriak histeris untuk melindungi istri dan anaknya. Saat itu putrinya berada paling bawah, kemudian sang istri, dan ia berada pada bagian paling atas.
‘’Saat angina lewat, rambut istri saya seperti terbang ke udara. Begitu juga dengan bagian pantat saya, sempat terangkat ke udara, namun karena anginnya hanya sebentar saja berputar di sekitar rumah, maka kami tetap bisa berlindung,’’ tuturnya.
Ada dua angina besar yang lewat. Setelah menghempaskan rumah Rudo, angina berukuran besar mengarah ke Timur, tengah pemukiman warga sehingga memporak-porandakan rumah lainnya.
‘’Ini memang cobaan, saya hanya bisa bersyukur sebab semuanya masih hidup dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa,’’ tambah Rudo.
Kondisi yang dialami Rudo dan keluarga, tak beda dengan yang dialami Merida Malohing (44). Rumahnya rata dengan tanah, sebab diterjang angin puting beliung.
‘’Rumah kami terangkat ke udara dan berputar-putar, sebelum jatuh dan hancur saat kembali ke tanah. Orang Sangihe menyebut angin ini angina Limpuluse,’’ tambahnya.
Di rumah Nelson Malope, tetangga Merida, juga mengalami kerusakan berat. Atap lepas, bahkan sebuah batang kelapa roboh menimpa rumahnya.