Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah Desa Panasen di Kakas. Dari Tempat Persinggahan Hingga Sungai Pemberi Napas

Setiap desa memiliki cerita dan sejarah sendiri sampai terbentuknya.

Penulis: Alpen_Martinus | Editor:
TRIBUNMANADO/ALPEN MARTINUS
Desa Panasen di Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa. 

Laporan wartawan Tribun Manado Alpen Martinus

TRIBUNMANADO.CO.ID, TONDANO - Setiap desa memiliki cerita dan sejarah sendiri sampai terbentuknya. Desa Panasen di Kecamatan Kakas, Kabupaten Minahasa, malah memiliki dua versi cerita asal mula namanya.

Menurut para tua-tua desa, Panasen berasal dari bahasa Toulour yaitu Pa'aseng yang berarti 'tempat beristirahat'.

"Menurut cerita orang tua bahwa tempat ini dulunya adalah tempat persinggahan warga Ratahan dan sekitarnya, termasuk wilayah Langowan saat menuju ke Manado. Kalau sudah lelah mereka singgah di situ," jelas Ari Kaeng, tokoh warga setempat.

Sebab, menurutnya, dulu di sepanjang sungai Panasen banyak sekali pohon kemiri yang daunnya sangat rindang. "Mereka berteduh di bawah pohon, selain itu ada sungai juga," jelasnya.

Selain itu ada cerita lain yang bahkan lebih dikenal warga yaitu nama Desa Panasen berasal dari kata Pa'aseng yang berarti 'pemberi napas'.

"Dari cerita orang tua dulu ada seorang perempuan yang sedang melakukan perjalanan bersama suaminya. Perempuan ini sedang hamil dan hendak melahirkan," jelasnya.

Saat tiba di tempat itu, perempuan hamil tersebut melahirkan namun bayinya tidak bernapas. "Lantaran tidak bernapas, bayi tersebut dibawa ayahnya ke sungai tersebut dan dicelupkan ke sungai. Tiba-tiba bayi tersebut bernapas," ujarnya.

Senada diceritakan Robert Sangkoy (74). "Cerita dari orang tua, mereka bilang desa ini dulunya masih hutan. Saat itu ada suami istri melakukan perjalanan, dan sang istri ini sudah masa melahirkan," jelasnya.

Saat tiba di sini istrinya melahirkan, namun bayinya tidak bernapas. "Nah, sang suami bawa bayi ini ke sungai untuk dimandikan, tiba-tiba bayi ini bernapas, sehingga disebutkan nama pahaseng. Dan sepanjang sungai sini ada tiga dodoku," jelasnya.

Sampai sekarang desa ini sudah ada tiga jaga (lingkungan) lantaran jumlah penduduk sudah bertambah menjadi sekitar 350 kepala keluarga.

Kata Ari Kaeng, nama Pa'aseng kemudian terus didengungkan untuk menyebut nama sungai tersebut. Seiring perkembangan waktu, banyak warga yang mulai membuat gubuk dan membuka perkebunan hingga menjadi perkampungan. Warga kemudian menyebut kampung tersebut dengan Panasen.

"Sungai ini sangat panjang, dari Soputan sampai ke Danau Tondano," jelasnya.

Lanjut dia, Desa Panasen juga menjadi saksi mata adanya Permesta, dan sekolah pertama kali di daerah tersebut.

"Tonaas pertama di sini Inkiriwang. Dan di sini pertama kali ada sekolah rakyat yang ada di belakang gereja GMIM Panasen sekarang yang sudah menjadi SD GMIM," jelasnya.

Menurut warga, sebenarnya di Desa Panasen ada bangunan kecil yang menjadi sejarah catatan pemimpin di Panasen, namun sudah dibongkar lantaran ada pelebaran pembangunan gedung GMIM Eben Haezar Panasen.

Sementara sungai tersebut saat ini masih ada namun sudah berwarna cokelat. Menurut warga, sungai itu belum pernah mengalami kekeringan.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved