Hutan Mangrove Dibabat, Hasil Tangkapan Udang di Pesisir Minsel Berkurang
"Mereka tanpa ragu membabat hutan Mangrove karena memanfaatkan situasi yang sepi pada malam hari."
Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, AMURANG - Malam hari menjadi kesempatan emas bagi para pelaku penebang Hutan Mangrove yang berada di sepanjang pesisir pantai mulai dari Desa Sapa hingga Sidate.
Hal ini karena aktifitas warga yang berada dilokasi hanya ramai pada siang hari sedangkan waktu beristirahat digunakan pada malam hari. Hal ini diungkapkan langsung oleh Jhoni Tamunu, warga Desa Pakuure Utara.
"Mereka tanpa ragu membabat hutan Mangrove karena memanfaatkan situasi yang sepi pada malam hari. Aktifitas warga lebih banyak pada siang hari. Kondisi hutan mangrove sangat parah. Bekas-bekas penebangan tidak hanya merusak pemandangan namun juga merugikan banyak orang termasuk para nelayan," katanya.
Dia menambahkan kemungkinan asal para pelaku penebangan bukan berasal dari desa setempat.
Pantauan Tribun Manado, kondisi hutan Mangrove terancam rusak. Sisa-sisa penebangan kayu membuat lokasi tampak kumuh.
Rindangnya pohon Mangrove sudah tidak terlihat lagi.
Yang ada hanyalah pemandangan kayu-kayu kering yang berjajar.
Akibat marak penebangan liar, kerugian yang ditimbulkan sangat banyak baik dari segi sosial maupun ekonomi. Hal ini dibenarkan oleh Max Lempas warga setempat.
"Kebetulan rumah saya terletak dipesisir pantai. Yang selama ini saya lihat penghasilan nelayan baik untuk Tangkapan ikan, kerang, kepiting dan udang berkurang drastis akibat kerusakan hutan bakau. Mereka mengeluh," jelasnya.
Dia mengkhawatirkan jika aksi yang tak bertanggung-jawab tersebut terus dilakukan, dapat memicu terjadinya bencana dikemudian hari.
"Jika ini terus menerus terjadi bjsa saja akan menjadi bencana dimasa yang akan datang dan menanggung resiko adalah kami penduduk sekitar," ujarnya.
Secara terpisah Hukum Tua (Kumtua) Desa Pakuure Utara Fanny Terok mengatakan, seharusnya instansi terkait dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap kawasan hutan mangrove.
"Selama ini terjadinya pembalakan hutan mangrove di sini karena kurang perhatiannya Dinas Kehutanan dan DKP. Seharusnya ditempat itu dibangun pos pengawasan agar tidak terjadi pembalakan liar. Saya harap pemerintah segera turun tangan. Jarak hutan bakau yang mencapai 1,5 Km dengan pemukiman warga membuat pembalak leluasa melakukan penebangan," tuturnya.
Kepala Dinas Kehutanan Frans Tilaar saat dihubungi menyampaikan akan menindak tegas oknum yang sengaja melakukan pembalakan liar di kawasan tersebut. Menurut dia hal tersebut tidak dibenarkan karena akan merusak ekosistem yang ada di daerah tersebut.
"Kawasan hutan mangrove sebagai habitat berkembang biaknya bebagai jenis ikan. Kalau seperti itu, kita akan melakukan patroli dan melihat situasi di lokasi tersebut. Kita sudah sering memberikan himbauan kepada masyarakat jangan pernah menyentuh hutan bakau. Yang pasti dalam kasus ini kita akan buat penindakan dan akan diproses secara hukum," tutup Tilaar. (Tribun Manado/Fionalois Watania)