10 Sandera Bebas, TNI Pastikan Empat WNI Lain Segera Menyusul
Empat ABK yang masih disandera merupakan ABK kapal Henri yang menarik kapal tongkang Christi.
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOGOR - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memastikan pembebasan sepuluh warga negara Indonesia yang disandera militan Abu Sayyaf berkat operasi intelijen.
Operasi intelijen TNI itu memudahkan pembebasan sepuluh WNI.
"Di dalamnya ada TNI, operasi di bawah operasi intelijen TNI," ujar Gatot saat jumpa pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Minggu (1/5).
Kendati bebas berkat operasi intelijen, Gatot mengemukakan, operasi intelijen pembebasan WNI dari militan Abu Sayyaf lebih mengutamakan keselamatan sandera.
"Kita mengutamakan keselamatan para sandera dan ini kata kunci," ungkapnya.
Menurutnya, pihak TNI segera membebaskan empat WNI yang tengah disandera militan Abu Sayyaf. "Tidak lama lagi 4 WNI bisa kita bebaskan dengan selamat," ujarnya.
10 WNI yang dilepaskan Abu Sayyaf adalah ABK kapal Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12.
Sedangkan empat ABK yang masih disandera merupakan ABK kapal Henri yang menarik kapal tongkang Christi.
Presiden Joko Widodo mengapreasiasi pembebasan sepuluh WNI dari militan Abu Sayyaf.
Mantan Wali Kota Solo itu pun berterima kasih terhadap pemerintah Filipina yang telah membantu membebaskan WNI dari Abu Sayyaf.
"10 WNI ABK tersebut dalam keadaan baik dan perlu saya sampaikan bahwa banyak sekali pihak yang telah bekerjasama untuk membantu proses upaya pembebeasan ini baik formal maupun tidak formal. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada pemerintah Filipina karena tanpa kerjasama yang baik belum tentu bisa terwujud," ucap Jokowi.
Selain berupaya membebaskan sandera asal WNI, pemerintah juga berupaya mengamankan perbatasan air dan wilayah.
"Kami juga upayakan pembebasan empat ABK lainnya. Keamanan di perbatasan air dan wilayah sekitarnya juga masih penting. Oleh karena itu, akan diadakan pertemuan pada tanggal 5 Mei ini antara Indonesia, Malaysia dan Filipina," urainya.
Persamuhan pemerintah Indonesia dan Filipina bakal berlangsung di Jakarta. Pertemuan itu dihadiri Menlu RI, Malaysia dan Filupina. Selain mereka ada pula Panglima TNI, petinggi militer Malaysia dan Filipina.
Menlu Retno Marsudi mengemukakan, pembebasan WNI melibatkan semua pihak. Tidak hanya diplomasi antar pemerintah, upaya pembebasan juga menyertakan jaringan-jaringan informal.
"Semua komunikasi dan jaringan kita buka, semua opsi kita buka dengan satu tujuan untuk mengupayakan pembebasan 10 WNI kita. Syukur alhamdulillah upaya ini berhasil. Sekali lagi terima kasih atas doa dari seluruh bangsa Indonesia untuk proses yang berlangsung selama satu bulan ini," ucapnya. (tribunnews/nic)
Setor Tebusan Rp 14 Miliar Sebelum Bebas?
Kabar mengejutkan datang dari surat kabar Filipina, Inquirer. Disebutkan, sepuluh warga negara Indonesia bebas dari cengkeraman militan Abu Sayyaf usai menyerahkan uang tebusan sebesar Rp 14 miliar.
Uang tebusan itu berasal dari perusahaan yang menaungi 10 WNI, Patria Maritime Lines.
Kepala kepolisian Jolo, Junpikar Sitin tidak mengetahui perihal uang tebusan untuk membebaskan 10 WNI.
Hal senada juga dikemukakan Wali Kota Jolo, Hussin Amin usai bertemu dan menyambut 10 WNI yang dibebaskan Abu Sayyaf.
Untuk diketahui, kelompok Abu Sayyaf tidak akan membebaskan sandera bila uang tebusan belum dibayar.
Kepolisian Filipina hanya memastikan sepuluh WNI yang dibebaskan Abu Sayyaf diantar ke rumah Gubernur Sulu, Abdusakur Tan Jnr. Mereka ditinggalkan di depan rumah Gubernur Sulu.
10 WNI yang dibebaskan dalam kondisi sehat. Mereka dibawa ke rumah sakit di pangkalan militer Teodulfo Bautista di Barangay Busbus.
Pengamat Intelijen Ridlwan Habib mengapresiasi langkah pemerintah yang telah berhasil membebaskan sepuluh WNI dari Abu Sayyaf.
"Ini sebuah prestasi dan patut kita apresiasi sebab sandera bebas dalam waktu yang tidak lama,'' kata Ridlwan Habib.
Dibandingkan dengan sandera lainnya, dia mengatakan pembebasan 10 WNI itu terbilang berjalan bagus.
Sebab, semua sandera selamat melalui sebuah negosiasi yang membutuhkan kesabaran dan kepiawaian.
"Jika kita melihat misalnya sandera asal Kanada berakhir dengan pemenggalan setelah tujuh bulan," ujarnya.
Kini, otoritas Filipina meyakini kelompok itu masih menahan 11 orang sandera.
Di antaranya adalah empat WNI, empat warga Malaysia, seorang warga Kanada, seorang warga Norwegia, dan seorang warga Belanda.
Presiden Joko Widodo bersyukur sepuluh WNI dibebaskan Abu Sayyaf. Rasa syukur Jokowi itu menyembul usai bertemu Menlu Retno Marsudi, Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno di Istana Bogor, Jawa Barat.
"Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya 10 ABK WNI yang disandera kelompok bersenjata sejak 26 Maret lalu saat ini telah dapat dibebaskan," ujar Jokowi.
Menurutnya, sepuluh WNI menuju ke Jakarta dari Zamboanga, Filipina. Mereka tiba di Jakarta pada pukul 10.00 WIB.
10 WNI itu disandera sejak 26 Maret 2016. Penyanderanya yang berafiliasi dengan Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan Rp 14,2 miliar.
Para WNI tersebut adalah ABK dari kapal Brahma 12 yang menarik kapal tongkang Anand 12 yang berisi 7.000 ton batubara.