Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Keluarga Sandera Cemas! Jika Filipina Dekat, Saya Pasti Pergi Mendayung Perahu ke Sana

"Selama ini saya hanya mendapat berita simpang siur, saya ingin sekali mengetahui seperti apa kondisi anak saya sekarang."

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
Militan Abu Sayyaf 

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sofitje Salemburung, ibunda dari Peter Tonsen Barahama korban penculikan Militan Abu Sayyaf sangat berharap pemerintah bisa memfasilitasi dirinya pergi ke Filipina.

Kepada Tribun Manado saat ditemui di rumah kerabatnya di Perumahan Taman Sari Manado, ia mengaku sangat ingin mengetahui secara langsung seperti apa sebenarnya kondisi anaknya.

"Selama ini saya hanya mendapat berita simpang siur, saya ingin sekali mengetahui seperti apa kondisi anak saya sekarang. Jika Filipina dekat, bisa ditempuh dengan menggunakan sampan (perahu) saya pasti akan pergi mendayung perahu ke sana ," ujar Sofitje didampingi suaminya, Carlos Brahama.

Sementara itu, di tengah upaya membebaskan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok militan, terjadi baku tembak selama sembilan jam antara militer Filipina dengan kelompok Abu Sayyaf di kawasan Basilan, Filipina Selatan, Sabtu (9/4).

Dalam baku tembak tersebut militer Filipina kehilangan 18 prajurit yang merupakan pasukan elit Filipina, empat di antaranya dalam kondisi terpenggal.

Pasukan militer Filipina dikepung oleh sekira 150 personel kelompok Abu Sayyaf, di antaranya ada yang membawa peluncur granat M203. Dari pihak Abu Sayyaf, ada lima personel yang tewas dan 20 orang luka-luka.

Terkait dengan perkembangan terbaru upaya pembebasan sandera di Filipina tersebut, Sofitje mengaku belum mengetahui hal itu. Dan masih percaya nasib anaknya tetap baik-baiksaja.

Ia kemudian bercerita bahwa saat ini di rumah terasa sunyi. Hari- hari begitu sepi, setiap saat selalu yang diingat adalah sosok anaknya. "Tiap hari saya selalu mengingat Opo (nama panggilan kesayangan untuk Peter)," ujarnya.

Sofitje mengaku setiap malam tidak bisa tidur, ia selalu memikirkan anaknya. Di kepalanya yang terbayang wajah Peter, ia selalu bertanya dalam hati sedang apa anaknya saat ini.

"Setiap hari yang bisa dilakukan adalah berdoa. Sejak beberapa minggu lalu, kita sekeluarga tiap malam selalu berdoa. Berdoa agar Tonsen dalam keadaan baik," ujar Sofitje. Terlihat matanya berkaca-kaca.

Sejauh ini, lanjutnya, belum ada kabar yang berarti terkait kondisi tekrini anaknya. Ia juga belum tahu persis apakah pihak perusahan tempat anaknya bekerja PT. Patria Marine Line telah memenuhi tuntutan kelompok Abu Sayyaf untuk membayar tebusan senilai Rp 15 miliar.

" Kami belum diberitahu soal apakah sudah dibayar atau belum (tebusan). Yang pasti saya akan terus menunggu dan menunggu. Kami akan terus mengikuti perkembangan dari media, sudah dua minggu kabar anak saya tak jelas. semoga Peter kembali dengan selamat dan segera berkumpul dengan keluarga," ujarnya.

Ibadah Penguatan

Sementara itu, Martje Wowor, istri Julian Philip, salah seorang sandera lainnya. Ia berharap dan terus berdoa, agar Pemerintah Filipina bisa sukses menebus mereka.

"Saya berdoa agar Tuhan beri hikmat untuk Pemerintah Filipina," ucapnya saat ditemui di rumahnya di Sasaran Tondano, kemarin malam.

Martje yang didampingi ibu Julian Philip, Djariana Pekade itu terlihat tegar. Ketegarannya itu karena dia percaya dalam Tuhan tak ada yang mustahil.

"Saya percaya, Tuhan mengendalikan semua ini. Tak ada yang mustahil, saya percaya mereka akan pulang dengan selamat," ungkapnya.

Untuk anak semata wayang mereka Mark Philip (4), menurutnya sudah mengerti dengan pekerjaan ayahnya. Selama adasignal, Julian akan terus menelepon. "Yang anak saya tahu papanya belum ada signal, jadi belum telepon-telepon," ungkapnyam

Sembari menunggu, di rumahnya tiap malam ada ibadah penguatan dari GMIM Kanaan Kulo, pun Wilayah Tondano Dua.

"Tiap malam ada jadwal ibadah penguatan di sini. Selain itu dari Pantekosta juga. Semua tetangga di sini sudah tahu, kami ditopang dengan doa," ucapnya.

Sementara itu, Djariana Pekade sang ibu terus memikirkan anaknya itu. Selain dengan istri, Julian sangat dekat dengan mamanya.

"Kami dekat sekali, dia sering telepon. Bahkan tiga kali sekali. Pikiran hari-hari cuma sama dia. Jadi tak sabar untuk lihat," ucapnya. (Tribun Manado/ven/fin/amg)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved