KPK Bakal Tumpul? "Doa Anak-Istri Saya Terkabul"
Mengejutkan. Nama- nama calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diunggulkan oleh publik, kandas di tangan Komisi III.
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Mengejutkan. Nama- nama calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang diunggulkan oleh publik, kandas di tangan Komisi III DPR RI.
Johan Budi SP yang dikenal sebagai Juru Bicara KPK dan diangkat sebagai Pelaksana tugas Pimpinan KPK, tidak lolos menyusul minimnya suara yang diraih dalam voting pemilihan pimpinan KPK oleh Komisi III DPR RI, Kamis (17/12) di Kompleks Parlemen.
Johan Budi hanya meraih 25 suara dan berada di posisi enam, kalah dari lima orang yang terpilih yakni Agus Rahardjo (53 suara), Basaria Panjaitan (51 suara), Alexander Marwata (46 suara) dan Laode M Syarif bersama Saut Situmorang yang sama-sama meraih 37 suara.
Lebih menyedihkan dialami mantan pimpinan KPK, Busyro Muqoddas yang hanya meraih 2 suara. Sedang Robby A Brata meraih 14 suara disusul Sujanarko 3 suara dan di posisi buncit ada Surya Tjandra yang tidak mendapatkan suara.
Johan Budi mengaku tak masalah tak terpilih sebagai pimpinan KPK. Dia menghormati pilihan anggota DPR.
"Alhamdulillah, tidak apa-apa tidak terpilih. Berarti doa anak dan istri saya terkabul," kata Johan.
"Saya menghormati pilihan para anggota Komisi III," tambahnya.
Malam tadi, Agus Rahardjo juga langsung dinobatkan sebagai Ketua KPK dalam voting mengalahkan empat pimpinan KPK terpilih lainnya.
Melihat komposisi KPK Jilid IV, aktivis antikorupsi pun langsung melontarkan kritik keras.
Komisi III DPR dinilai memang sengaja memilih lima nama baru pimpinan KPK yang merupakan 'anak baik'.
DPR memilih pimpinan yang mengedepankan pencegahan. KPK memang ingin ditumpulkan tak agresif lagi menindak koruptor.
"Masa depan pemberantasan korupsi bakal semakin suram," jelas pegiat Indonesia Cooruption Watch (ICW), Emerson Yuntho, kemarin.
Emerson masih ingat, salah satu pimpinan KPK terpilih bahkan berucap saat proses seleksi, akan membawa KPK menjadi lembaga informasi pusat korupsi. Calon seperti ini yang disukai DPR.
"KPK akan jadi Komisi Pencegahan Korupsi atau setidaknya pusat informasi antikorupsi," jelas Emerson.
Menurut dia juga, agenda pemberantasan korupsi akan semakin berat dan besar, kemungkinan RUU KPK akan mulus disahkan DPR.
"Artinya pelemahan KPK menjadi keniscayaan. Madesu, masa depan suram," tutup dia.
Kritik untuk Komisi III DPR juga datang dari pengamat hukum Universitas Andalas Feri Amsari.
Menurutnya, dari calon yang dipilih para wakil rakyat ini sudah ditebak, DPR ingin KPK jadi anak penurut. Tak galak lagi.
"Hasil ini menunjukan DPR telah berhasil menjalankan skenario mengisi KPK dengan orang-orang yang diduga untuk menumpulkan taring KPK. Yang paling menyedihkan, KPK yang harusnya membenahi institusi penegak hukum yang dianggap korup, saat ini diisi orang-orang yang berasal dari institusi yang bermasalah itu," katanya.
Feri menilai, pilihan para anggota DPR ini karena visi misi para pimpinan KPK terpilih ini yang mengedepankan pencegahan dan membawa KPK tak galak lagi.
"KPK ke depan berpotensi melempem. Meskipun begitu rakyat dipanggil untuk mengawasi kinerja mreka yang terpilih agar KPK tidak dimatikan. Selamat DPR, Anda semua telah berhasil membuyarkan mimpi-mimpi pemberantasan korupsi," tandasnya.
Isi Rekening Ketua KPK Hanya Rp 20 Juta
Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) Agus Rahardjo terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Jilid IV.
Agus meraih suara terbanyak dalam voting tahap kedua yang dilakukan Komisi III DPR, Kamis (17/12) malam, dengan 44 suara.
Nama Agus Rahardjo bisa dibilang baru dikenal saat seleksi calon pimpinan KPK berlangsung. Sebelumnya, tidak banyak berita mengenai kinerja Agus sebagai Kepala LKPP.
Sebelum menjabat sebagai Kepala LKPP, Agus merupakan Ketua Umum DPP Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia. Namun, karena kesibukan pekerjaan di LKPP, Agus memilih mundur pada 2010.
Secara individu, pengakuan Agus mengenai harta kekayaannya sempat menarik perhatian media.
Dalam wawancara tahap akhir dengan Panitia Seleksi Capim KPK, Agus mengaku hanya punya kekayaan senilai Rp 20 juta.
"Dari empat rekening saya, total hanya Rp 20 juta," ucapnya pada 24 Agustus silam.
Agus lalu membeberkan bahwa dirinya memiliki sebidang tanah di daerah Cariu, Jawa Barat. Ia membeli sebidang tanah itu pada 2003 dengan harga Rp 3.500 per meter persegi pada saat itu.
"Artinya, sehektar Rp 35 juta. Hari ini (harganya) baru Rp 12.000 per meter persegi. Itu tanah yang enggak subur, saya menanam, (tanamannya) sering mati karena waktu kekeringan enggak ada air," ujar Agus.
Selain di Cariu, Agus juga mengaku memiliki satu kavling tanah di kawasan BSD, Tangerang Selatan.
Tanah tersebut ia beli sekitar tahun 1997 sebelum Indonesia dilanda krisis ekonomi, dengan harga sekitar Rp 170 juta, dan dibayar dengan cara diangsur.
"Saya berharap PPATK bisa menelusuri, 1997-2005, saya sering diundang lembaga di Paris. Delapan kali saya diundang," ucap Agus.
Dengan bermodalkan pengalaman sebagai Kepala LKPP, Agus mengedepankan keterbukaan dan transparansi. Karena itu, dia mengusulkan sistem elektronik sebagai salah satu sistem untuk menunjang transparansi.
Selama proses seleksi, Agus juga menyoroti sistem koordinasi yang digunakan KPK, terutama dengan lembaga penegak hukum lain.
Dalam fit and proper test di Komisi III, Agus pun berencana menciptakan sistem koordinasi elektronik.
"Sinergitas perlu dibangun, salah satunya dengan e-koordinasi penegakan hukum," ujar Agus.
Selain itu, Agus juga menyoroti soal transparansi anggaran di sektor militer dan pertahanan.
Menurut Agus, transparansi anggaran di negara maju, salah satunya Departemen Pertahanan di Amerika Serikat, patut dijadikan contoh.
"Kita yang sebagian besar beli (dari asing) malah tidak terbuka. Kalau saya, sebaiknya bagian-bagian tertentu saja yang dirahasiakan," ujar Agus.
"Tapi kalau beli ke luar negeri, harusnya tidak layak kalau dirahasiakan," jawab Agus yang saat itu ditanya Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Nasir Djamil.
Hasil Voting Komisi III DPR untuk Capim KPK
1. Agus Rahardjo 53
2. Basaria Panjaitan 51
3. Alexander Marwata 46
4. Laode M Syarif 37
5. Saut Situmorang 37
6. Johan Budi 25
7. Robby A Brata 14
8. Sujanarko 3
9. Busyro Muqoddas 2
10. Surya Tjandra 0