Tiap Hujan Warga Ternate Tanjung tak Bisa Tidur, "Terus Lihat Sungai"
"Kami takut jika hujan mulai turun tak henti-henti, mengingat dulu saya hampir terbawa arus air dan harus merelakan perabotan rumah hanyut."
Penulis: | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Hujan yang mengguyur Manado awal bulan November membuat volume air di bantaran sungai meningkat.
Ija warga Ternate Tanjung waswas, ia berharap agar pemerintah kota sesegera mungkin melakukan pengerukan sungai, agar bencana pada 15 Januari 2014 kemarin tidak terulang kembali.
"Kami takut jika hujan mulai turun tak henti-henti, mengingat dulu saya hampir terbawa arus air dan harus merelakan perabotan rumah hanyut terbawa banjir," ujar Ija.
Menurut dia jika malam turun hujan ia dan keluarganya sulit tidur, dan sering bolak-balik melihat air sungai.
"Memang baru sekali hujan turun disini pada malam hari, namun entah mengapa saya selalu merasa cemas,"ujarnya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ridwan warga Ketang baru, ia juga tidak bisa tidur jika hujan turun.
Selain itu ia memiliki harapan besar agar pemerintah sesegara mungkin melakukan pengerukan sungai, agar ketika curah hujan meningkat tidak akan terjadi peluapan.
Sementera itu menurut Kepala Klimatologi BMKG Sulawesi Utara Dadi Setiadi Rabu (4/11), warga yang tinggal di bataran sungai dan daerah rawan longsor harus waspada. Memang intensitas hujan di bulan November dan Desember masih kurang, ia minta agar warga jangan terlena sebab di bulan Januari 2016 adalah puncak musim hujan.
Hal ini pun bisa memicu terjadinya tanah longsor dan banjir.
"Memang bulan November ini masih dipengaruhi dengan badai Panas atau El Nino, dan akan berlanjut sampai dengan bulan Desember. Meski demikian masyarakat harus siaga dan waspada, sebab puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari," ujarnya.
Menurut dia peluang bencana sangat besar sebab sebab selain kondisi tanah banyak yang retak, namun hutan sebagai penahan air kini rusak akibat kebakaran dan perambahan.
"Pada bulan Januari hujan akan turun seminggu sampai lima kali, jelas ini berdampak apalagi kemarau yang lalu menyebabkan tanah retak. Peresapan air akan cepat terjadi namun peluang terjadi patahan atau tanah longsor serta banjir sangat besar,"ujarnya. (Tribun Manado/Felix Tendeken)