Ngeri! Dengan Laptop, Penjahat Bisa Bunuh Pemilik Mobil dari Jauh
mereka juga bisa mempercepat atau mengubah kecepatan mobil kemudian melukai dan membunuh pengedara mobil.
Penulis: Fransiska_Noel | Editor: Fransiska_Noel
TRIBUNMANADO.CO.ID - Ketika para peneliti di dua universitas Pantai Barat mengambil alih mobil General Motors melalui koneksi seluler dan Bluetooth pada tahun 2010, mereka terkejut sistem keamanan industri otomotif bisa dibobol dengan mudah.
Lima tahun kemudian, dua hacker ramah duduk di sofa ruang tamu menggunakan komputer laptop untuk menyita sebuah Jeep dari jauh melalui Internet. Ini sungguh menunjukkan kerentanan bahkan menakutkan .
Seiring perkembangan teknologi siber, peluang seseorang dengan niat jahat bukan hanya bisa mencuri mobil dengan laptop atau membuatnya tiba-tiba berhenti, tapi mereka juga bisa mempercepat atau mengubah kecepatan mobil, yang ujungnya ampuh untuk melukai bahkan membunuh seseorang.
Setelah peristiwa peretasan tahun 2010 industri otomotif di Amerika Serikat mencoba untuk mengisolasi hiburan dan informasi sistem driver sistem dari fungsi kritis seperti kemudi dan rem.
Namun dalam setiap model tahun berikutnya, penambahan microchip justru mengubah mobil menjadi mobil komputer.
Pengenalan akses Internet telah menciptakan sejumlah kerentanan baru.
"Musuh hanya perlu menemukan satu cara untuk mengacaukan sistem," kata Yoshi Kohno, profesor ilmu komputer di University of Washington.
Para ahli keamanan mengatakan mobil harus memiliki sistem yang mengakui perintah nakal dan menghentikan mereka dari mengambil kendali mobil . Beberapa sudah lakukan .
Mereka juga mengatakan perusahaan mobil harus berperilaku lebih seperti industri komputer pribadi , seketika memperbarui perangkat lunak melalui Internet untuk tetap maju dalam permainan 'kucing dan tikus abadi' ini .
Perusahaan mobil Tesla dan BMW sudah bisa melakukan ini, dan hampir semua produsen mobil berencana untuk itu .
Meski begitu , para ahli mengatakan itu hampir tidak mungkin untuk menghentikan semua serangan siber. (Foxnews)