Game
Serunya Main Fingerboard
Permainan Fingerboard saat ini sudah seperti fenomena baru bagi anak-anak remaja di Kota Manado
Permainan Fingerboard saat ini sudah seperti fenomena baru bagi anak-anak remaja di Kota Manado. Mereka yang rata-rata masih duduk di bangku SMP, mulai hoby bermain Fingerboard. Permainan ini sendiri memang sama seperti bermain skateboard tapi bedanya, ukuran papannya sangat kecil yakni berukuran 30 kali 100 cm.
Jumat (11/1) sekitar pukul 14.30 Wita, terlihat beberapa anak-anak remaja sudah berkumpul di lantai 5 gedung itCenter. Mereka terlihat sedang memainkan sesuatu yang ukurannya sangat kecil layiknya gantungan kunci.
Mainan itu pun dimainkan sebuah tempat lintasan yang juga ukurannya sangat mini. Para remaja ini sendiri ternyata sedang mengikuti kompetisi Fingerboard yang digelar oleh itCenter yang bekerjasama dengan Maesaan Fingerboarding Sulawesi Utara dan disupport penuh oleh Indonesia Fingerboarding Association serta Burung Hantu Fondation.
Dari pengamatan, para remaja ini pun terlihat serius memainkan papan berukuran kecil tersebut di atas lintasan yang ditaruh di atas meja. Jika dilihat sekilas, papan lintasan itu seperti tempat uji ketrampilan untuk bermain skateboard. Kedua jari mereka, ditaruh diatas papan dan kemudian menggerakan bersama-sama melewati lintasan-lintasan.
Permainan ini sendiri adalah sama dengan permainan skateboard namun ukurannya sangat kecil. Cara bermainnya jika dilihat, sangat mudah namun ternyata ketika dimainkan sangat sulit karena menggunakan kedua jari masing-masing telunjuk dan tengah.
“Kalau skateboards menggunakan kaki tapi kalau fingerbords menggunakan kedua jari. Untuk lintasan ini namanya obstacle,” terang Marco Pungus, Koordinator Kominutas Fingerboards Sulut saat ditemui Tribun Manado dilokasi kompetisi. Fingerboards ini sendiri trik-trik atau teknik yang digunakan sama dengan permainan skateboards. Ini juga butuh kesabaran dan ketekunan karena tidak mudah dimainkan. Pada kompetisi ini pun ada penilaiannya. Dan itu sama seperti melakukan penilaian saat kompetisi skateboars. “Dilihat dari tingkat kesulitan trik dan kelenturannya,” jelasnya.
Nah untuk mengenal lebih jauh mengenai permainan tersebut, terlebih dahulu harus mengetahui susunan dari alat tersebut seperti papan, roda dan pengait roda. Harganya pun dijual terpisah dan bervariasi. Untuk papan saja, ada beberapa macam harga. Namun tentunya yang harganya mahal, kualitasnya jauh lebih baik dibandingan yang sangat murah.
Marco menyebutkan untuk papan, ada yang paling murah yakni Rp 150 ribu sedangkan yang mahal harganya Rp 1 juta. “Keduanya beda dikualitas kayunya. Yang lebih mahal tentunya kayunya terbaik,” katanya.
Nah, untuk wheels atau rodanya harganya Rp 475 ribu. Bukan sampai disitu saja. Ternyata ada lagi bahan untuk alat Fingerboards yakni lapisan papan yang bernama Foam Tape. “Ada dua type. Ada yang hard dan smoth. Biasanya para pemain menggunakan smothh karena lebih halus,” jelasnya.
Permainan Fingerboards ini sendiri berasal dari negara Amerika Serikat dan diperkenlakan pada tahun 1990. Seiring perjalanan waktu, ternyata permainan ini pun mulai ditinggalkan. Namun, ternyata pada tahun 2000 para pecinta skateboards di Jerman, kembali mengangkat permainan tersebut.
Di Manado, permainan ini mulai dikenal sejak tanggal 1 Mei 2011. Awalanya hanya segelintir anak-anak remaja yang hobi bermain skateboards. “Karena hujan, mereka pun main Fingerboards dirumahnya,” ungkapnya. Para pemain ini pun juga mempunyai suka duka. Ternyata pernah diusir oleh satpam di itCenter. Mereka saat itu bermain di Foodcourt itCenter.
Karena bermain papan mini diatas meja hingga mengeluarkan suara dan dianggap mengganggu kenyamanan, para pemain itu pun dilarang bermain disitu. Namun seiring berjalannya waktu, itCenter pun mengakomodir hobi positif dari anak-anak muda tersebut.
“Dan kami membuat wadah komunitas bernama Manado Fingerbord Comunitiy,” jelasnya. Nah, untuk permainan ini, awalnya mereka terhalang dengan masalah biaya karena untuk mendapatkan kayu sangat sulit. Tapi saat ini, sudah bisa dibeli di Indonesia karena ada distributornya yakni Indonesia Fingerbnoard Asosiasi. “Setiap event di daerah mereka juga bantu. Dulu waktu sulit mencari bahannya, kami bermain dengan menggunakan bahan plastik. Tentu ini sangat berbeda,” tuturnya.
Untuk pemain Fingerboars, di Manado paling banyak anak-usia sekolah, namun di Amerika ada pula orang dewasa. Manado sendiri melalui komunitas Fingerboars akan terus melakukan promosi. Mengapa ? Karena menurutnya, permainan ini bermanfaat bagi anak-anak remaja untuk menguji kesabaran mereka. “Tapi saat ini perkembangannya sudah cukup pesat di Manado. Kami promosi melalui jejaring sosial,” tandasnya.