Boltim
Warga Panang Keluhkan Oknum Pimdekab beroperasi di PETI Kotabunan
Warga yang berada di seputaran Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) Panang, di Desa Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLTIM-Warga yang berada di seputaran Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) Panang, di Desa Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) memprotes kehadiran oknum pimpinan dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Boltim berinisial DS alias Don yang menambang dilokasi tersebut.
Penambang bernama Mursid Lapadjawa mengatakan dia tidak sepenuhnya tidak memasalahkan aktifitas pekerja Don di tanah pemerintah yang menjadi Hak Guna Usaha (HGU) dibawah pengawasan PT Arafura Surya Alam ini. Asalkan caranya dilakukan sama dengan para penambang lainnya. "Atau beri kami kesempatan mengais. Kalau siang hari dia pada malam hari warga. Berapa banyak yang bisa kami ambil kalau alat kami pakai hanya betel dan sekop dibanding alat berat," jelas Musrid, Selasa (8/1)
Katanya, cara kerja pihak Don sangat merugikan dan merusak sumber mata pencaharian mereka bertahun-tahun. Katany, ada ratusan jiwa yang dinafkahi dari lokasi tersebut. Dia mengancam akan memblokir jalan tersebut bersama warga lainya jika tidak ada perhatian dari Don atau pemerintah Daerah.
"Coba bayangkan kami setiap hari berpeluh hanya dengan menggunakan betel mengais bebatuan. Jika saja menapati yang bisa dikelola menjadi emas. Sekarang dia datang dengan alat berat dan truk-truk besar menggali gunung (Panang) dan tanahnya dipindahkan," jelasnya.
Musrid menungkapkan hal ini tak hanya mengancam mata pencaharian warga yang berada dilokasi gunung emas tersebut. Tetapi mengancam jiwa warga yang berada dalam lubang penggalian. Pasalnya, alat berat terus menggerus bebatuan yang ada digunung yang tidak begitu besar sedangkan dibalik gunung setinggi kira-kira 80 meter dan seluas tidak lebih lapangan sepak bola ada puluhan lubang warga yang sekali waktu bisa longsor karena gerakan dibalik gunung. "Tanah dan Coral (bebatuan) disini stabil bisa saja longsor kalau alat berat terus menggerus di sisi lain," kata Mursid.
Senada dengannya, Mato Kametol mengatakan sistim yang dilakukan Dom di lokasi tersebut tak ubahnya
Perusahaaan.
Sebab, dengan alat berat disokong dengan 3-6 truk bolak balik
mengangkut tanah dan bebatuan serta pekerjaan siang malam. "Itu akan
dibangun bak penampungan sinaida untuk mengelola emas. Ini mengancam
lingkungan karena hanya beberapa meter dari sungai," ucap Mato. (Ald)