Boltim
Kawuwung: Saya Lahir dan Besar Boltim
Billy Kawuwung akhirnya angkat bicara terkait polemik kepemilikan kartu pendunduk (KTP) miliknya.
Penulis: Aldi Ponge | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Aldi Ponge
TRIBUNMANADO.CO.ID, BOLTIM-Ketua Panitia Pangawas Pemilihan Umum (Panwaslu), Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Billy Kawuwung akhirnya angkat bicara terkait polemik kepemilikan kartu pendunduk (KTP) miliknya.
Kawuwung kepada Tribun Manado mengatakan tudingan sejumlah pihak yang dilontarkan melalui media massa bahwa dirinya bukan penduduk Boltim sangat tidak berdasar dan sangat tendensius. "Saya sempat tinggal di Kotamobagu karena orangtua tugas disana. Namun sejak tahun 2008 karena saja sudah kembali ke Boltim saya sudah memiliki KTP Boltim," ujar Billy Kawuwung, pada Kamis (20/12).
Menurutnyan bukan nanti ketika dirinya mencalonkan diri sebagai ketua panwaslu baru minta surat pindah namun sejak 2008 pasca pemakaran KTP dan surat ijin mengemudi miliknya di Boltim. "Saya lahir di Boltim, di desa Dodap, masa kecil di Boltim, Keluarga besar di Boltim," jelasnya.
Sehingga dirinya heran dan bingung kalau apa yang dipersoalkan oleh sekelompok orang tersebut. Padahal penetapannya sebagai ketua panwaslu dilakukan dalam mekanisme pleno bersama kedua anggota panwas lainnya. Dia malah barjanji akan memjawab keraguan tersebut dengan kinerja. "Seleksinya juga fair hingga tahap akhir. Hasilnya juga harusnya dicek ke Bawaslu," jelas Kawuwung sembari menambahkan justru hubungan dirinya dengan kedua panwaslu lainnya sangat solid.
Sementara itu, Ketua Pemuda Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM) wilayah Modayag, Nelson Ochotan menengerai adanya oknum tertentu yang tidak menyukai terpilihnya Billy Kawuwung sebagai ketua Panwas. "Saya melihat bukan permasalahan KTP tapi ada unsur lain yang mengarah pada unsur agama," ujar Nelson.
Nelson jika dugaan itu benar maka oknum tersebut sangat rendah marbatnya ketika tidak mampu menghargai perbedaan dan kemajemukan di Boltim. Dia berharap tidak ada upaya yang dilakukan untuk merusak tatanan yang telah tercipta dalam kehidupan bermasyakat.
"Saya mengharapkan teman-teman jurnalis juga menggunakan etika wartawan dalam menulis. Beberapa kali saya baca yang bersangkutan tidak dikonfirmasi walau berkali-kali di beritakan. Ini melanggar kode etik," kata Ketua Karang Taruna Desa Modayag ini. (Ald)