Pariwisata
Penghasilan Bukit Kasih Tak Imbangi Operasional
Sistem pengelolaan objek wisata Bukit Kasih Kanonang ternyata belum maksimal.
TRIBUNMANADO.CO.ID, TONDANO - Sistem pengelolaan objek wisata Bukit Kasih Kanonang ternyata belum maksimal. Kondisi ini terlihat dari penghasilan tiap bulan hanya cukup untuk membiayai operasional objek wisata tersebut.
Wibe Salomons, pengelola Bukit Kasih Kanonang saat diwawancarai Tribun Manado menjelaskan, setiap bulan penghasilan yang didapat umumnya sekitar Rp 10 juta. Namun biaya gaji untuk 13 orang mencapai sekitar Rp 7 juta. Sisanya pengelola harus menyetorkan ke Pemprov Sulut sebagai pemilik objek wisata tersebut.
"Jujur saja, penghasilan yang kami kumpulkan tiap bulan tidak seberapa. Sebagian besar penghasilan hanya untuk honor pekerja. Hampir tidak ada dana yang tersisa untuk biaya perbaikan atau peningkatan sarana di lokasi Bukit Kasih," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, jumlah pengunjung pada objek wisata ini jika ditotal dalam satu bulan memang cukup banyak. Sekitar 700 orang perbulan berkunjung ke lokasi wisata tersebut. Menurutnya, umumnya pengunjung banyak datang saat akhir pekan dan hari libur.
"Walau banyak pengunjung yang datang, tapi penghasilan yang didapat tidak seberapa. Hal ini terjadi karena harga karcis masuk hanya Rp 1.000 per orang," ujarnya.
Wibe menjelaskan, pihaknya mencoba memberikan masukan pada Pemprov Sulut untuk merevisi perda harga tiket masuk Bukit Kasih Kanonang. Menurutnya, harga ideal yang harus ditetapkan adalah Rp 3.000 per orang.
"Kami memiliki banyak rencana untuk perbaikan dan peningkatan kualitas sarana di Bukit Kasih. Tapi kami dibatasi oleh dana yang hampir tidak ada. Namun dibalik semua keterbatasan itu kami terus berusaha bekerja maksimal. Sedikit demi sedikit kami membenahi lokasi wisata ini agar nyaman dikunjungi wisatawan," ujarnya.