Minahasa Utara
Desa Marinsow Krisis Air Bersih
Desa Marinsow yang merupakan daerah terpencil di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) hingga kini masih mengalami krisis air
Penulis: | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Susanty Otodu
TRIBUNMANADO.CO.ID, AIRMADIDI -
Desa Marinsow yang merupakan daerah
terpencil di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara (Minut)
hingga kini masih mengalami krisis air bersih. Untuk kebutuhan
sehari-hari warga desa hanya mengandalkan satu sumber air sumur bor yang
merupakan swadaya Wanita Kaum Ibu Gereja Sinode.
Hukumtua (Kepala Desa) Marinsou, Gabriel Tamasengge mengatakan
sebelumnya sudah ada upaya pemerintah baik dari propinsi maupun
kabupaten melakukan pengadaan air bersih. Program itu dikerjakan namun
hingga kini tak bisa digunakan. Sebab pengerjaan proyek air bersih tidak
maksimal.
"Bisa dilihat, memang ada tong-tong yang letaknya dipinggir jalan. Namun
semua itu tidak berfungsi karena didalamnya tidak ada air. Menurut kami
tong-tong yang ada hanya terkesan mubazir. Pengadaannya pun hanya
karena lalu mendekati pemilihan Bupati," jelas Tamasengge pada Tribun
Manado belum lama ini.
Proyek-proyek pengadaan air bersih dari pemerintah Kabupaten Minut
dibangun sekitar pada tahun 2010. Namun beragam masalah yang timbul
sehingga sumur bor yang dibangun tidak menghasilkan air bersih.
Misalkan ditempat lain telah tersedia tong, namun tidak dilakukan
pengeboran. Maka secara otomatis air tidak akan keluar. Adapula tong
lainnya yang tidak menghasilkan air bersih meski sudah dilakukan
pengeboran, sebab mata bor yang ada didalam tanah patah sebelum
digunakan.
"Kalau bantuan dari propinsi menggunakan air sungai sedangkan kabupaten
dari sumur bor. Kendalanya kalau dibuat lain yang lainnya malah rusak.
Dan air disini (Desa Marinsow) tidak bisa tahan lama karena cepat
kering," tambah Tamasengge.
Sumber air satu-satunya yang digunakan warga Desa Marinsow hingga telah
berpuluh-puluh tahun lamanya hanya satu aliran saja. Yakni sumur bor
yang dibangun oleh swadaya Wanita Kamu Ibu Gereja Sinode.
Pembuatannya dilakukan oleh warga setempat dan digunakan oleh sedikitnya
198 kepala keluarga atau sekitar 659 jiwa yang berdomisili di Desa
Marinsow. Dengan kedalaman sumur bor mencapai 120 meter dengan panjang
pipa penghisap 84 meter.
Untuk waktu pengambilan air dilakukan dengan menggunakan tradisi antri.
Siapa cepat maka ia lebih cepat mendapat giliran pengambilan air.
Biasanya dibuka pada pukul 15.00 wita hingga malam. Lokasinya terletak
di Jaga I, Desa Marinsow. Untuk warga yang tempat tinggalnya dilokasi
terjauh sedikitnya harus menempuh jarak sekitar 3 kilometer hanya untuk
mengantri air bersih.
Tamasengge menjelaskan untuk antri pengambilan air sering terjadi
konflik karena sering berebutan tempat. Bahkan tidak sedikit warga yang
datang terlambat harus kembali tanpa membawa pulang air bersih, karena
sumur mengalami kekeringan.
"Kalau air sudah habis, mau gimana lagi. Banyak yang pulang tanpa
membawa pulang air. Jadi harus antri lagi dan datang lebih awal,"
lanjutnya.
Sejumlah warga Desa Marinsow yang turut merasakan krisis air bersih
sudah bosan mengeluhkan hal ini kepada pemerintah baik di legislatif
maupun eksekutif. Beberapa kali reses yang dilakukan pihak legislatif,
beberapa kali pula telah disampaikan dan dikeluhkan. Sama halnya dengan
setiap kedatangan Bupati warga secara gamblang langsung menyampaikan
krisis air yang dialami warga sekampung. Namun hingga kini semua keluhan
tidak ditindaklanjuti.
"Tong-tong hanya pajangan saja, tidak tahu fungsinya apakah akan
disalurkan air atau tidak. Katanya ada pengadaan air bersih tapi kami
warga harus dukung ini dukung itu, akhirnya semua hanya sorga telinga,"
ketus sejumlah warga Desa Marinsow secara bergantian. (nty)