Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Gunung Lokon Meletus

Lexy Taroreh Gagal Panen

Prilaku’ yang ditunjukkan Gunung Lokon beberapa pekan terakhir membuat sebagian masyarakat Kota Tomohon mulai kerepotan.

Penulis: | Editor: Andrew_Pattymahu
Laporan Wartawan Tribun Manado Warstef Abisada


TRIBUNMANADO.CO.ID—‘Prilaku’ yang ditunjukkan Gunung Lokon beberapa pekan terakhir membuat sebagian masyarakat Kota Tomohon mulai kerepotan. Sebab, prilaku yang ditunjukkan dengan terjadinya letusan, mulai memberikan dampak langsung kepada masyarakat.

Seperti yang terlihat, Minggu (7/10) siang sekitar pukul 14.05 Wita ketika Gunung Lokon meletus. Warga di sejumlah wilayah Kecamatan Tomohon Utara, seperti di Kelurahan Kakaskasen I, Kinilow, Kinilow I, Tinoor I dan II, mengaku sangat takut dan panik, karena letusan kali ini memiliki dentuman suara dan getaran lebih keras dari sebelumnya. Bahkan, akibat letusan tersebut warga Tomohon mengalami gagal panen, akibat tanaman mereka roboh disapu abu vulkanik Gunung Lokon yang bercampur dengan air hujan.

“Kami disini sempat panik dan lari keluar rumah, karena kami mengira akan terjadi awan panas. Sebab, pada saat letusan terlihat kilatan cahaya dari pusat aktivitas gunung di Kawah Tompaluan, apalagi material yang keluar tertutup awan karena cuaca sedang hujan, dan sepertinya akan turun ke pemukiman. Tapi, beruntung itu tidak terjadi,” ujar Jemy Mony, warga Kinilow, Lingkungan IV, kemarin.

Kepanikan dan ketakutan warga setempat menurut Jemy sangat beralasan mengingat wilayah mereka yang disebut Patar, tepat berada digaris zona bahaya 2,5 Km yang ditetapkan pemerintah dari Gunung Lokon. “Yang kami pikirkan adalah keselamatan anak-anak, sebab material yang dikeluarkan, gejalanya kami lihat seperti terjadi pada tahun 1991, dimana material mengepul dan keluar terus menerus dari dalam. Apalagi bunyi dan getarannya sangat kuat dan cukup lama. Sangat mengejutkan kami,” ungkapnya.

Noldy Pangalila, warga setempat juga mengatakan suasana di wilayahnya memang cukup mencekam, sebab saat terjadi letusan kondisi di puncak Gunung Lokon hanya terlihat sebagian saja, sedangkan pada bagian atasnya tertutup awan gelap. “Warga disini berlarian mencari perlindungan, karena rumah bergoyang terus saat terjadi letusan,” katanya.

Sedangkan Jason Pangalila, warga lainnya mengaku bersyukur sebab meski terjadi letusan yang mengakibatkan hujan abu vulkanik di wilayahnya, tapi tidak sampai menimbulkan korban jiwa. “Beruntung tadi tidak ada material (awan panas) yang turun seperti letusan Tahun 1991, jika ada mungkin tidak ada yang selamat, karena kami tidak punya cukup waktu untuk lari.

Apalagi tidak ada kendaraan yang disediakan pemerintah untuk evakuasi, ketika aktivitas gunung mulai menunjukkan peningkatan,” katanya.

Abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Lokon kemarin, turun bersama-sama dengan air hujan, sehingga membuat kondisi material menjadi becek, hingga merusak tanaman warga. “Saya tidak bisa memanen jagung yang saya tanam, karena sudah rusak dan roboh akibat terkena abu Lokon,” ujar Lexy Taroreh, warga Kinilow Lingkungan IV.
Pada hal menurut dia tanaman tersebut, tak lama lagi akan dipanen karena sudah mengeluarkan buah.

“Jagung itu saya tanam untuk mencukupi kebutuhan keluarga, karena bisa dijual. Tapi, sudah terjadi seperti ini, maka saya hanya bisa pasrah saja, tidak tahu berapa kerugian yang dialami,” katanya yang mengaku sempat pani saat terjadi letusan.

Abu vulkanik yang turun bersama hujan juga sempat membuat kondisi lalu lintas di jalur Manado-Tomohon ngadat. Kendaraan sempat berhenti beberapa waktu, karena jarak pandang berkurang akibat tebalnya abu vulkanik yang menutupi jalan. “Jarak pandang menjadi berkurang, sehingga pengendara kendaraan sempat berhenti, karena dari arah berlawanan bertemu kendaraan lain yang penuh dengan lumpur karena abu Gunung Lokon turun bersama hujan,” kata Kapolsek Tomohon Utara AKP Roy Tangkuman.


Pantauan Tribun Manado, hingga sore kemarin, masyarakat tampak masih kesulitan melakukan aktivitas, karena atap hingga jalan utama tertutup abu Gunung Lokon. Apalagi abu tersebut menjadi mengeras seperti semen, karena turun bersama air hujan.

“Kalau abu ini tidak disiram dan dibersihkan misalnya dengan menggunakan kendaraan pemadam kebakaran oleh pemerintah, maka masyarakat disini terancam terkena penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), karena abu pasti beterbangan kemana-mana dan mudah dihirup warga, karena tidak semua yang memiliki masker,” kata Jack Budiman, warga Kinilow I Lingkungan IV.

Letusan tersebut diakui Jack sangat menakutkan warga diwilayahnya, karena terlihat seperti akan terjadi awan panas. “Tadi material yang keluar seperti akan bagulung ke pemukiman warga, tapi beruntung tidak terjadi. Kami sangat takut tadi, apalagi terjadi hujan pece disini,” tuturnya.

Ai Nangka, warga setempat juga mengaku takut, sebab diwaktu bersamaan listrik tiba-tiba padam saat terjadi letusan. “Beruntung terjadi siang, kalau malam, masyarakat disini pasti lari kocar kacir karena listrik padam. Tidak tahu alasan apalagi hingga ada pemadaman listrik, pada hala Kepala Ranting PLN beberapa waktu lalu berjanji tak akan ada pemadaman lagi,” sesalnya.
 
Terpisah, Keis Kainde, Kepala Ranting PT PLN (persero) Ranting Kota Tomohon menjelaskan letusang Gunung Lokon memang sangat berpengaruh terhadap tenaga listrik diwilayahnya.  Dimana abu vulkanik yang turun, membuat isolator tertutup dan terjadi korsleting hingga listrik padam di wilayah Tinoor dan Kinilow. “Isolator terkena abu Lokon yang cukup tebal, sehingga menyebabkan korsleting di Tinoor dan Kinilow, bahkan sampai terlepas dari jumperannya. Tapi, sudah kami bersihkan,” ungkap Keis.

Tak ada awan panas
Farid Bina, Kepala Pos Pemantau Gunung Lokon mengatakan letusan kali ini tak menyebabkan terjadinya awan panas, hanya material abu vulkanik saja, dan bunyi dentuman keras disertai getaran. “Tinggi abu tak dapat dilihat, karena tertutup kabut tebal,” katanya.

Herry Lantang, Camat Tomohon Utara mengungkapkan pemerintah belum bisa memastikan kerugian yang dialami warga akibat letusan Gunung Lokon, termasuk kerusakan tanaman. “Yang jelas akibat letusan, sebagian wilayah Tomohon Utara dipenuhi abu. Kerugian belum dipastikan karena masih menunggu laporan dari kelurahan,” tuturnya.

Soal pembersihan jalan yang tertutup abu, kata dia masih dikoordinasikan dengan instansi terkait. “Kami mengimbau masyarakat tetap waspada, dan memakai masker saat beraktivitas agar tak mudah terserang penyakit. Dan masyarakat yang memiliki cukup air untuk secara swadaya dan gotong-royong membantu melakukan penyiraman di jalan untuk mengurangi tebaran debu,” tegas Lantang.
Arnold Poli, Sekretaris Kota Tomohon menegaskan pemerintah tetap memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, jika terkena penyakit akibat pengaruh abu Lokon. “Pelayanan kesehatan tetap jalan, masyarakat dapat mendatangi Puskesmas terdekat jika sakit dan tetap bersiaga,” ungkapnya.

Danramil Kota Tomohon Kapten Kavaleri Ahmad Nurdin mengatakan personilnya tetap disiagakan untuk membantu masyarakat yang kesulitan. “Belum ada evakuasi warga, jadi kami tetap bertugas untuk melindungi dan menenangkan warga agar tidak panic,” tukasnya. (War)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved