Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tomohon

Mata Air Pinawelaan Jadi Sumber Kehidupan

Keberadaan Mata Air Pinawelaan di Kelurahan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara ternyata memberi banyak manfaat bagi masyarakat

Penulis: | Editor: Andrew_Pattymahu

 
Keberadaan Mata Air Pinawelaan di Kelurahan Kakaskasen I, Kecamatan Tomohon Utara ternyata memberi banyak manfaat bagi masyarakat. Selain, dipercaya bisa menyembuhkan orang yang sakit, tempat ini juga sejak dahulu kala menjadi sumber kehidupan masyarakat Kota Tomohon. Sebab kendati diterpa musim kemarau atau panas panjang, mata air ini tak pernah kering.
 
“Mata air ini tidak pernah kering, kendati musim panas berkepenjangan. Justru mata air ini menjadi berkat yang diberikan Tuhan bagi masyarakat Kota Tomohon, karena mampu menopang kehidupan masyarakat disini,” jelas Meity, warga Kakaskasen II, Jumat (14/9) pekan lalu.
 
Saat dijumpai Meity bersama dua rekannya yakni Deisy dan Sandra sedang mencuci pakaian dan mandi di pusat mata air tersebut. “Air ini tak bisa digunakan untuk memasak, sebab kandungan asamnya cukup tinggi, hanya untuk mandi dan mencuci pakaian saja,” katanya.
 
Di pusat mata air Pinawelaan situasinya memang sangat menarik, sebab banyak pancuran yang mengalirkan air, sehingga memudahkan warga untuk mandi dan mencuci. Untuk ke lokasi mata air, tak terlalu sulit karena selain dekat dari jalan raya, juga telah tersedia jalan memadai untuk sampai ke mata air. Yang ingin mandi juga, sudah disediakan tempat ganti khusus, sehingga tidak terlalu lama dalam kondisi basah jika sudah selesai beraktivitas disana.
 
Sonny Moningka, Sekretaris Pakasaan Tombulu mengatakan mata air Pinawelaan memang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kehidupan masyarakat Tomohon, sebab mula-mula masyarakat di daerah ini mendiami sekitar lokasi mata air ini untuk menopang kehidupannya. “Disekitar lokasi mata air Pinawelaan, masyarakat dulu banyak yang tinggal, jadi ini memang lokasi (kampong) tua Kinilow tempat bermukimnya warga Tomohon,” tuturnya.
 
Bahkan menurut legenda, kata Sonny mata air Pinawelaan menjadi tempat adu gulat (berkelahi) dari Opo Pinontoan Lokon dan Opo Rumengan Mahawu, untuk memperebutkan
Kati Ambilangan, sosok gadis cantik kala itu. “Cerita ini terbawa terus hingga sekarang, dan memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Tomohon. Tapi, tempat ini belum tercatat sebagai situs, sebab belum terdata dalam benda yang dilindungi Negara, karena tak ada benda megalik dan prasasti. Hanya terdapat mata air dan batu alam saja,” tuturnya sembari menambahkan keberadaan mata air Pinawelaan masih lebih tua dari Batupinawetengan, karena diperkirakan sudah ada sejak tahun sebelum 850 sesudah Masehi.
 
Yoseph Kumaseh (65) atau Ko Chong, warga setempat mengatakan di lokasi mata air Pinawelaan dan Kameya, memang sejak dahulu menjadi tempat sacral bagi masyarakat, sebab sering dijadikan lokasi utuk menyembuhkan orang sakit. “Dulu tidak sembarang untuk masuk kesana, sebab kami menganggap sebagai tempat yang sacral. Kami menghormati tempat itu, sebagai warisan leluhur, dan banyak digunakan untuk menyembuhkan orang yag sakit,” terangnya.
 
Ia pun mengaku sangat kecewa jika tempat tersebut diduga disalah manfaatkan oleh oknum-oknum tertentu, dengan menjadikan lokasi ritual mandi kebal melibatkan anak-anak sekolah yang masih dibawah umur. “Tidak wajar memang jika anak-anak sekolah dilibatkan dalam ritual untuk mandi kebal, sebab mereka belum memahami sepenuhnya manfaat positif dari tradisi itu, apalagi ini bukan zaman perang,” katanya.
 
Chong hanya berharap lokasi tersebut dijaga kelestariannya, sebab memiliki banyak sejarah menarik terkait kebudayaan warga Minahasa. “Jangan menyalahkan lokasi, tapi oknum yang melakukan itu. Lokasi harus dibenahi dan dilestarikan agar menjadi lebih baik, sehingga banyak warga yang berkunjung dan memanfaatkan potensi yang ada disitu untuk menopag kehidupan mereka,” tukasnya. (War)
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved