Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jelang Ramadhan

Pasar Ramadhan di Kotamobagu, Omset Puluhan Juta per Hari

Setiap bulan Ramadhan, geliat perekonomian warga Kampung Baru, Kelurahan Kotobangon sangat terasa. Omset per hari puluhan juta rupiah

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Pasar Ramadhan di Kotamobagu, Omset Puluhan Juta per Hari
TRIBUNMANADO/ EDI SUKASAH
Pasar Ramadhan di Kotamobagu
Setiap bulan Ramadhan, geliat perekonomian warga Kampung Baru, Kelurahan Kotobangon sangat  terasa. Omset per hari puluhan juta rupiah.

HARI Sabtu (14/7) siang,  Hartono Goniobala tampak cermat memperhatikan empat pria yang sedang membuat meja panjang di sisi Jalan Sugiono, Kotamobagu. Los tersebut memanjang dari sisi mini market hingga tikungan di depan RS Datoe Binangkang. Los tambahan juga telah dibuat di depan bekas toko onderdil yang terbakar beberapa waktu lalu.

"Tahun ini, kami meminjam dulu tempat di depan toko onderdil yang belum dimanfaatkan pemiliknya.  Jadi daya tampung untuk pedagang makanan di bulan Ramadhan nanti bisa lebih banyak," ujar Hartono yang tahun ini dipercaya menjadi sekretaris Panitia Pasar Ramadhan di Kampung Baru. Seperti tahun‑tahun sebelumnya, warga Kampung Baru memanfaatkan momen Ramadhan untuk menjual makanan dan minuman. Aneka minuman untuk buka puasa hingga kue‑kue tersedia di sana. Sayur khas Mongondow seperti yondok atau gedi sudah pasti ada.

Selama bulan puasa, tempat tersebut ramai dikunjungi pembeli. Tak heran, anggota Polantas pun ditempatkan di lokasi tersebut untuk mengatur lalu lintas yang padat. "Bukan kaum Muslim saja yang datang membeli untuk berbuka puasa, tapi dari kalangan lain pun berdatangan ke sini," jelas Hartono.
Menurutnya wajar jika para pembeli berdatangan lantaran warga Kampung Baru sudah dikenal sebagai pembuat kue dan makanan yang ulung. Namun bukan berarti warga di daerah tersebut jumawa dengan keadaan seperti itu. "Panitia memastikan kualitas makanan di Pasar Ramadhan. Tidak ada makanan dari sehari sebelumnya yang dijual di sini," kata Hartono.

Panitia menyeleksi ketat penjual di Pasar Ramadhan. Hartono mengatakan, hanya warga Kampung Baru yang bisa berjualan. Daftar penjual tahun sebelumnya menjadi rujukan. Setelah prioritas penjual tahun sebelumnya terpenuhi, warga yang masuk daftar tunggu diberi kesempatan jika ada meja kosong. Tahun ini, para penjual dikenakan uang pendaftaran Rp 30 ribu atau naik Rp 5 ribu dari tahun lalu. Sementara iuran per hari sebesar Rp 5 ribu. "Uang tersebut bukan untuk panitia. Tapi untuk kebutuhan pembuatan los. Jika ada kelebihan, buat Mesjid Ar‑ Royyan yang di kampung ini," jelas dia.

Menurut Hartono, kegiatan Pasar Ramadhan di Kampung Baru mulai berlangsung sejak tahun 1980‑an. Namun baru beberapa tahun terakhir kegiatan tersebut diorganisir lebih baik dengan pembuatan los dan meja memanjang.

Adalah Kusdiningsing Monoarfa yang mengusulkan agar dibuat los untuk para pedagang. "Saya melihat, para ibu rumah tangga di kampung ini perlu tempat untuk tempat berjualan. Biasanya, kami berjualan berkeliling kue‑kue atau makanan di bulan puasa ini," ujar Kusdiningsih yang ditemui di rumahnya.
Usul perempuan berusia 51 tahun ini disetujui kepala lingkungan setempat. Tahun 2007 mulailah para ibu rumah tangga Kampung Baru menjual makanan dan minuman pembuka puasa di bawah naungan los. Saat itu, para pedagang hanya sekitar 10 orang. Namun lambat laun, para pedagang bertambah.

Ibu Kus, demikian dia biasa dipanggil, mengatakan, kegiatan para ibu rumah tangga tersebut  turut menopang pendapatan rumah tangga. "Keuntungannya meningkat dibanding saat menjajakan dari kampung‑kampung," katanya. Ibu Kus tidak menyebut pasti omset penjualan per hari. Tapi dia mencontohkan, jika saat menjual keliling mendapat Rp 100 ribu per hari, maka setelah ada los lebih dari itu. Namun sebagai gambaran, seorang pedagang di Pasar Ramadhan tahun lalu mengatakan omsetnya bisa mencapai Rp 700 ribu per hari.

"Sebenarnya tergantung kemampuan modal dan tenaga, kalau ingin lebih besar lagi ya barang daganganya harus lebih banyak," ujar Kartini Sengkey, yang berjualan di Pasar Ramadhan tahun lalu. Hal tersebut dibenarkan Ade Sengkey, adik Kartini yang membantu kakaknya berjualan. Jika saja omset rata‑rata pedagang seperti diakui Kartini Sengkey, maka per hari omset penjualan daro 100 pedagang di Pasar Ramadhan Kampung Baru bisa mencapai Rp 70 juta per hari.

Kendati perputaran uang lumayan besar, Pemkot Kotamobagu tidak mengintervensi kegiatan Pasar Ramadhan. "Kalau pemkot ikut campur, kami takut ada keengganan dari masyarakat melakukan kegiatan tersebut," ujar Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdakot Kotamobagu Hardi Mokodompit, Senin (9/7) lalu. Bahkan dia mengakui, Pasar Ramadhan berdampak positif bagi kemajuan ekonomi kota tersebut. "Kami berharap Pasar Ramadhan ini menjadi obyek wisata kuliner di Kotamobagu,"  kata Mokodompit.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved