Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Jelang Ramadhan

Harga Sayur-mayur di Gorontalo Mulai Melejit

Mendekati hari raya ibadah Puasa Ramadhan, harga sayur-mayur di Kota Gorontalo sudah mulai terkerek naik.

Editor:
Laporan Wartawan Tribun Gorontalo Budi Susilo

TRIBUNMANADO.CO.ID, GORONTALO - Mendekati hari raya ibadah Puasa Ramadhan, harga sayur-mayur di Kota Gorontalo sudah mulai terkerek naik.

Pantauan tribungorontalo.com, Minggu (15/7/2012), di pasar basah Sentral Gorontalo, Jalan Sam Ratulangi, Kota Gorontalo, harga sayur-mayur mengalami kenaikan.

Hal ini tampak dari lapak dagangan sayur-saturan milik Madi Usman. Katanya, jelang puasa ini sudah banyak yang pergi ke pasar berbelanja mencari sayur.

"Pembeli sudah semakin banyak, sedangkan pemenuhan barang masih terbatas, tidak sesuai dengan jumlah permintaan," katanya kepada tribungorontalo, yang kala itu mengenakan kaus berkerah putih.     

Kenaikan harga sudah terjadi kemarin, Sabtu (14/7/2012). Harga-harga ini sudah mengikuti harga pasaran di Provinsi Gorontalo.

"Selama ini pasokan sayur mayur Gorontalo sebagian besar masih dari luar. Kami masih belanja dari daerah Sulut, Modoinding," ungkap pria berkumis ini.

Akibatnya, tutur Usman, harga sayur di Gorontalo cepat naik.  Misalkan, untuk sayur wortel dari harga Rp 10 per kilogram sekarang menjadi Rp 15 kilogram.

"Mungkin nanti prediksinya ke depan akan naik lagi," ungkap pria yang tinggal di Kabupaten Gorontalo ini.

Sama juga terjadi di lapak dagangan sayur milik ibu Nana, harga pun ikut membumbung meski tidak terlalu progesif.

"Sayur Koll dari Rp 2500 sekarang jadi Rp 4 ribu. Lalu harga sayur Labu dari Rp 2500 sekarang sudah jadi Rp 3 ribu," urainya.

Menanggapi hal itu, Assisten Manager Unit Kajian Ekonomi dan Survei Bank Indonesia Gorontalo, Doni Iwan Kristanto, mengungkapkan, berbicara pasokan sayur-mayur di Gorontalo masih temui banyak kendala dan jadi bahan dagangan yang inflasinya tinggi.

"Kalau beras itu aman tapi kalau sayuran pasti selalu kena gejolak kenaikan harga. Secara over all Gorontalo inflasinya 4 persen, yang paling banyak itu ada dikomoditas saryuran," urainya.

Menurutnya, hal ini disebabkan provinsi Gorontalo belum ada pemetaan geografis pertanian. Pasokan sayur-mayur masih mengandalkan dari luar provinsi, inilah yang menyebabkan inflasi tinggi.

"Coba kalau kita beli sayur-mayur dan buah-buahan, kita bandingkan dengan daerah lain pasti lebih mahal di Gorontalo," tutur Doni.

Selengkapnya baca di Tribun Manado Edisi Senin (16/7)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved