Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Hari Kartini

Mandak: Cari Uang agar Anak-anak Bisa Makan

Saya sudah berjualan mulai dari tahun 1960, yang akhirnya bisa menunjang ekonomi keluarga.

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Dengan meningkatnya persaingan dan kebutuhan hidup membuat beberapa wanita harus bekerja siang malam di pasar tradisional Bersehati.

Berdasarkan pantauan Tribun Manado, Jumat (20/4), banyak wanita yang berjualan di Pasar Bersehati, meskipun hujan atau panas, mereka tetap bersemangat menjual barang dagangannya.

Fornita Mandak, penjual ubi jalar di Pasar Bersehati, mengaku, sudah dari tahun 1960 berjualan, semua untuk memenuhi kebutuhan makan setiap hari.
"Saya sudah berjualan mulai dari tahun 1960, yang akhirnya bisa menunjang ekonomi keluarga. Apalagi setelah suami saya meninggal pada 1966, saya harus bekerja lebih giat lagi agar anak-anak bisa sekolah, " ujar wanita kelahiran Manado, 6 Januari 1934

Ibu dari enam anak ini, mengatakan, setelah suaminya meninggal, ia pernah merasa kesulitan saat harus berjuang sendiri.

"Saya yang mencari uang agar anak-anak bisa makan, karena pada waktu ditinggal suami, anak-anak masih kecil, anak pertama masih berusia 8 tahun, anak kedua enam tahun, anak ketiga lima tahun, anak keempat empat tahun, anak kelima dua tahun, dan anak keenam masih balita, sehingga untuk mengurus enam anak ini memang perlu perjuangan dan kerja keras, " ujar ibunda Sadrak

Fornita mengatakan, ia bersyukur kepada Tuhan, karena ia bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SMA. "Meskipun saya sendiri yang bekerja, tetapi perjuangan saya tidak sia-sia, semua karena pertolongan Tuhan, sehingga anak-anak bisa sekolah, " ujar wanita asal Sanger

Warga Cereme ini, mengatakan, ia berjualan setiap hari. Meskipun dengan pendapatan yang sedikit, tetapi ia juga berusaha untuk selalu berbagi berkat dengan orang lain.

"Saya berjualan dari jam 3 subuh sampai jam 8 malam, dan itu saya lakukan setiap hari, tanpa mengenal lelah. Saya hanya minta kekuatan dari Tuhan, " ujar ibunda Petrus.

Fornita mengatakan, meskipun Ia sibuk bekerja, tetapi tetap rajin mengikuti ibadah. Ia juga sering membagi berkat kepada orang lain.
" waktu ibadah di gereja tidak pernah saya lewatkan. Ketika saya mendapat berkat, pasti akan dibagi ke tetangga walaupun hanya 5 ribu. Dengan begitu saya tidak pernah merasa kekurangan, karena berkat Tuhan tetap tersedia bagi keluarga saya, " ujarnya

Sementara, Shanty Tomolango, penjual ikan di Pasar Bersehati, mengatakan, sudah 20 tahun berjualan di pasar. Tujuannya untuk menunjang ekonomi keluarga.

"Meskipun ada suami yang bekerja, tetapi itu tidak mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi pekerjaannya hanya sebagai tukang parkir, sehingga saya juga harus ikut membantu, agar kebutuhan makan setiap hari bisa terpenuhi dan yang terpenting adalah kebutuhan sekolah anak-anak, " ujar ibunda Anisa
Warga Tuminting ini, mengatakan, ia harus pandai mengatur waktunya, agar ia bisa bekerja maksimal dan dapat mengurus rumah tangganya dengan baik.

"Saya bekerja setiap hari mulai dari jam 5 subuh sampai jam 3 sore. Memang sedikit sulit membagi waktu, apalagi saya juga mempunyai anak balita. Sehingga saya sering menitip anak pada tetangga, agar saya bisa berjualan di pasar, " kata wanita kelahiran 25 Juni 1982

Ibu dari tiga anak ini, mengatakan, penghasilannya sebagai pedagang ikan memang sangat kecil, tetapi ia bangga dengan kegiatan yang ia lakukan saat ini, karena merupakan pekerjaan yang halal.

"Saya pernah ditawari oleh rekan saya untuk bekerja dengan pendapatan yang lebih dari cukup, tetapi karena itu merupakan pekerjaan yang tidak benar, jadi saya tolak. Saya lebih memilih pekerjaan yang halal, bagi saya yang penting kebutuhan sehari-hari bisa tersedia, itu sudah lebih dari cukup, " ungkap istri dari Iswan Harun.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved