Perceraian
Orang Ketiga jadi Pemicu, Perceraian di Tomohon Meningkat
Kasus perceraian di Kota Tomohon dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.
Penulis: | Editor:
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON - Kasus perceraian di Kota Tomohon dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Data Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Tomohon selang 4 tahun terakhir, mencatat terjadi 25 kasus perceraian di daerah ini.
Herman Gosal, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tomohon melalui Merry Pontoh, Kepala Seksi Perkawinan dan Perceraian mengatakan pada tahun 2009 lalu tercatat 2 kasus perceraian, kemudian meningkat menjadi 8 kasus pada 2010, dan 2011 sebanyak 12 kasus. “Untuk 2012, pada awal tahun sudah terjadi 3 kasus perceraian. Semuanya sudah memiliki keputusan hukum tetap dari pengadilan,” jelasnya kepada Tribun Manado.
Ia mengatakan pemicu terjadinya kasus perceraian di Kota Tomohon, disebabkan adanya ketidakcocokkan dari pasangan suami istri. Selain itu, faktor adanya orang ke-3 juga turut menjadi pemicu terjadinya perceraian. “Rata-rata pasangan suami istri yang cerai, usia perkawiannya masih sangat muda. Misalnya, untuk kasus perceraian tahun 2012, perkawinan mereka dilakukan tahun 2006 hingga 2009,” kata Merry.
Menurutnya, kendati Dinas Catatan Sipil dan Kependudukan Kota Tomohon telah mematok harga untuk pembuatan akte cerai dengan harga tinggi, tapi tak dapat menghambat laju pertambahan kasus tersebut. “Saya heran juga, kendati harga akte perceraian mencapai Rp 1 Juta, tapi tetap saja pengurusan perceraian dilakukan,” katanya.
Olga Karinda, Kepala Badan Keluarga Berencana Kota Tomohon menjelaskan untuk menjamin kelanggengan dalam berkeluarga, setiap pasangan sebelum menikah (kawin) harus benar-benar merencanakan dengan matang masa depan keluarganya.
Sejak pacaran, kata dia sudah harus direncanakan akan bagaimana membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas. Bukan menggunakan konsep tiba saat, tiba akal, misalnya baru sehari atau belum lama kenal, sudah langsung berhubungan layaknya suami istri. “Kematangan fisik, psikis dan ekonomi perlu diperhitungkan dalam membangun sebuah keluarga yang utuh. Hindari kawin diusia dini,” tutur Olga. (war)