Editorial
Hewan Liar
Tidak ada hewan dibiarkan berkeliaran, petugas mendata lengkap jumlah hewan peliharaan warganya dan setiap waktu memantau dengan ketat.
Dua tahun sebelumnya, 2010 dilaporkan ada 1.000 kasus gigitan anjing rabies dan 15 tewas. Kemudian pada tahun 2011 dan 174 kasus dengan korban meninggal empat orang. Walaupun trend menunjukkan penurunan kasus dan korban jiwa, namun rabies harus tetap diwaspadai.
Pasca pemberitaan kasus rabies beberapa hari lalu, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan Bitung Liesye Macalawang merilis data bahwa ternyata tidak hanya anjing sebagai hewan pembawa virus tersebut. Hasil identifikasi tercatat ada 24 ribu kucing, 4.000 anjing dan 21 kera teridentifikasi rabies.
Data ini cukup mengejutkan karena selama ini kebanyakan masyarakat sejauh ini hanya mengetahui bahwa hewan yang kerap membawa virus rabies adalah anjing. Dari data yang disampaikan Dinas Peternakan Bitung menggambarkan bahwa kasus rabies tidak bisa dianggap remeh. Apalagi hewan tersebut sangat akrab sekali dalam kehidupan manusia dan selama ini hampir tidak dibicarakan.
Data hewan terdentifikasi rabies dari Bitung tersebut sudah seharusnya menjadi pintu masuk agar pihak-pihak terkait di 15 kabupaten/kota lainnya di Sulut segera melakukan pendataan lebih intens. Hingga saat ini tidak ada data yang menggambarkan secara rinci, seberapa banyak hewan-hewan piaraan di Sulut yang teridentifikasi rabies.
Kasus Rabies Bali dan NTT (sudah mewabah dengan korban jiwa ratusan orang) sudah selayaknya menjadi cermin untuk Sulut. Memang sejauh ini Sulut belum pernah memasuki sebuah kondisi luar biasa terkait kasus rabies. Namun demikian, penyebaran virus rabies itu tidak bisa kita anggap remeh, jika kita abai maka dalam hitungan hari rabies bisa menulari hewan lain hingga akhirnya manusia menjadi korban.
Sudah mendesak dinas peternakan dan dinas kesehatan melakukan pendataan ulang sekaligus identifikasi hewan peliharaan khususnya anjing dan kucing. Selain itu pula, sudah mendesak pula pihak-pihak berwenang melakukan perburuan hewan- hewan tersebut yang dibiarkan liar hidup berbaur dengan masyarakat.
Dari pengamatan sehari-hari, banyak sekali kita temukan anjing tak bertuan berkeliaran di jalan-jalan. Banyak kita temukan kucing liar di sudut-sudut jalan, hingga tempat-tempat pembuangan sampah. Sebelum musibah terjadi, adalah lebih baik melakukan pencegahan. Bali saja harus mengeluarkan anggaran pemebrantasan rabies puluhan miliar, karena terlambat mengantisipasi.
Di negara Eropa, seperti Belanda misalnya. Pemerintah begitu peduli soal keselamatan warganya. Tidak ada hewan dibiarkan berkeliaran, petugas mendata lengkap jumlah hewan peliharaan warganya dan setiap waktu memantau dengan ketat. Harus ada izin tertentu untuk memelihara hewan dan ada aturan tegas soal memelihara hewan di rumah. Di Sulut tidak perlu seperti itu, cukup memulai mendata dengan serius, berapa sebenarnya jumlah hewan liar pembawa virus rabies yang berkeliaran di jalanan. Kemudian amankan di dalam satu tempat, bahkan jika memang berbahaya langsung dimusnahkan. (*)