Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

BBM

Pemilik Warung Lamongan di Manado Resah

Kondisi saat ini sejumlah pemilik warung makan Lamongan mengaku khawatir.

Penulis: | Editor:
zoom-inlihat foto Pemilik Warung Lamongan di Manado Resah
Ist
Ilustrasi.
Laporan Wartawan Tribun Manado Robertus Rimawan

TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Ingat dengan warung makan asal Jawa yang dikenal memberikan harga miring namun sajikan masakan yang enak, ya warung Lamongan tak asing lagi ada di Manado. Namun dengan kondisi saat ini sejumlah pemilik warung makan Lamongan mengaku khawatir.

Dampak psikologis rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan sejumlah bahan pokok naik, seperti beras, rempah-rempah maupun daging. Hal tersebut membuat resah pemilik warung Lamongan di Manado, Senin (2/4/2012).

Warung makan Cak Darwo di Kairagi Manado misalnya, menurut istri Cak Darwo sejumlah bahan pokok naik harga, beras misalnya naik Rp 500 rupiah, daging sapi naik sekitar Rp 10 ribu belum beberapa bumbu-bumbu atau rempah-rempah.

"Saya bingung ini kalau tak dinaikkan semua harga bahan makanan naik, kalau dinaikkan harga makanan BBM tidak jadi naik, lalu bagaimana," ujarnya.

Ia juga mengaku khawatir bila nekat menaikkan harga jual menu warungnya sejumlah pelanggan akan lari dari warungnya. Saat ini ia belum memiliki rencana untuk menaikkan harga masih melihat kondisi di pasar.

Berbedadengannya, pemilik warung makan Lamongan Cak Man yang lokasinya berada di depan Markas Pangkalan Angkatan Laut (Lantamal) Manado justru menaikkan harga. Menurut Cak Man sejumlah harga sudah keburu naik meski kenaikan harga BBM belum diberlakukan. "Saya memutuskan naikkan harga menu dua ribu rupiah karena meski belum ada kepastian kenaikan BBM, tapi semua harga sudah naik," jelasnya.

Cak Man mengaku sejumlah bahan pokok seperti beras, rempah dan daging sudah naik maka ia nekat untuk menaikkan harga. Terkait kualitas makanan, Cak Man menjamin masakan yang tetap bagus, besarnya ayam untuk menu ayam lalapan misalnya tetap besar seperti biasa.

"Kami satu ayam dipotong menjadi empat bagian, di warung lain bisa menjadi delapan makanya lebih kecil-kecil," jelasnya. Ia berharap harga bahan pokok makin stabil sehingga tak menyusahkan orang kecil.

"Yang susah ini orang kecil seperti kami yang mengandalkan hidup dari kondisi di luar beda dengan pegawai yang mendapat gaji tiap bulan," kata Cak Man. (rob)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved