Lingkungan
Hendra: Keadaan Ekonomi Membuat Saya Putus Sekolah
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi harapan bagi pemulung dan pengumpul sebagai sumber pendapatan mereka
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menjadi harapan bagi pemulung dan pengumpul sebagai sumber pendapatan mereka. Hendra, sopir pengangkut sampah, saat ditemui Tribun Manado, Selasa (20/3/2012), mengaku, sudah 19 tahun menetap di TPA. Lingkungan yang kotor tidak menjadi hambatan baginya untuk tetap bekerja keras.
"Sudah dari umur sebelas tahun, saya bekerja sebagai buruh sampah, yaitu untuk membantu orang tua. Saya putus sekolah dari kelas enam Sekolah Dasar (SD). Keadaan ekonomi yang memaksa saya untuk putus sekolah dan bekerja seperti ini, " ujar Hendra
"Penghasilan sebagai sopir angkutan sampah tidak mencukupi kebutuhan keluarga, jadi saya harus bekerja sampingan sebagai pengumpul. Pendapatan per hari bisa mencapai Rp 20 ribu, tetapi itupun tidak setiap hari, tetapi saya bersyukur dengan penghasilan sedikit, tetapi bisa menyekolahkan tiga orang anak," tambah ayah dari Alwin ini.
Imelda (32), pengumpul di TPA, mengatakan, tetap bersyukur dengan keadaannya saat ini. "Semua yang saya miliki adalah anugerah Tuhan. Saya pernah menjadi pemulung selama sembilan tahun, yaitu hanya untuk membantu biaya sekolah anak-anak. Tetapi dengan kerja keras saya akhirnya saat ini saya bisa menjadi pembeli untuk sampah plastik yang dijual oleh pemulung, meskipun pendapatan hanya Rp 30 ribu per hari, tapi itu sudah cukup bagi saya untuk bisa menambah biaya anak-anak untuk sekolah, " tambah Imelda. (jhp)