Minyak Tanah
Gara-Gara Minyak Tanah, Warga Madidir Bitung Nyaris Ricuh
Gara-gara minyak tanah, warga Kelurahan Madidir Unet Lingkungan I RT 07 nyaris ricuh, Rabu (23/11/2011)
Penulis: Christian_Wayongkere | Editor:

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Gara-gara minyak tanah, warga Kelurahan Madidir Unet Lingkungan I RT 07 nyaris ricuh, Rabu (23/11/2011). Peristiwa tersebut berawal saat Alex Sarante pemilik pangelola pangkalan enggan memberikan minyak tanah kepada warga karena minyak tanah yang ada padanya diperuntukkan untuk industri kecil. Hal ini membuat warga naik pitam.
"Katanya ini untuk pangkalan minyak tanah usaha kecil sehingga tidak diberikan kepada warga sekitar," kata Yulia seorang warga dengan nada kesal. Menurut ibu rumah tangga ini kejadian ini terjadi untuk yang kedua kalinya. "Kejadian ini yang kedua kalinya setelah minyak naik harganya dan ini merupakan yang paling parah," ujarnya.
Sejumlah warga pun melayangkan ancaman. "Kami akan jaga sampai disalurkan, kami juga tidak segan membuangnnya jika tidak disalurkan," ketus sejumlah warga.
Warga di lingkungan III ini merasa sangat kuatir tidak memperoleh minyak tanah untuk memasak di dapur. "Apa lagi akan memasuki bulan Desember kami kuatir tidak ada minyak tanah," tambah Yuli. Meskipun sudah memiliki kompor dan tabung gas LPG 3 Kg mereka anggan menggunakannya.
Sementara itu istri Alex Sarante pengelola pangkalan minyak tanah menyatakan minyak tanah dijual harga Rp 3000. "Waktu minyak tanah belum bermasalah, 1 Minggu 2 kali masuk Selasa dan Jumat sekarang 1 bulan 2 kali masuk," katanya. Kondisi pangkalan yang dikelola suaminya pun nampak dari luar tidak seperti pangkalan karena tidak terpampang papan pangkalan.
"Papannya tidak buat karena sementara dibuat," sebutnya. Sesekali warga kerap meneriaki pengelola pangkalan minyak tanah tersebut. Beruntung kondisi mulai bisa dikendalikan saat petugas kepolisian tiba di lokasi.
Alex, pemilik pangkalan minyak tanah mengatakan pangkalan tersebut milik Deti Gala yang saat ini berada di Jakarta. "Minyak tanah ini untuk pengusaha kecil, 1 drum 1x masuk namun sudah dua bulan baru masuk," katanya.
Menurutnya, penyaluran pertama untuk usaha kecil kemudian warga namun kenyataan di lapangan saat ini ada warga di luar lingkungan III ikut ambil MT di pangkalannya. "Saya tidak mau memberikan kepada mereka yang namanya tidak ada di pangkalan ini," sebutnya.
Hal inilah yang diprotes warga sehingga nyaris ricuh. Dari data yang ada pada Alex, hanya ada 10 nama pengusaha kecil yang berhak menerima MT di pangkalannya. "Kepada warga kami berikan kerelaan kalau ada sisa setelah pembagian ke usaha kecil," jelasnya.
Terpisah Lurah Madidir Unet Richard Umboh langsung bergegas menyelesaikan masalah ini dengan menenangkan warga, kemudian melaporkan masalah ini ke bagian perekonomian Pemkot Bitung. "Setelah dikonsultasikan ke bagian perekonomian Pemerintah Kota Bitung sore harinya pangkalan tersebut kembali beroperasi," kata Richard.
Dijelaskannya pada saat sore hari langsung melakukan penyaluaran kepada industri kecil kemudian baru melayani permintaan warga. "Penyaluran di sore hari berlangsung aman-aman," ucapnya.(crz)