Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Minyak Tanah

Warga Bitung Keluhkan soal Minyak Tanah

Sekarang sudah sulit dicari, harga mahal kami tidak bisa melaut. Apa mungkin kami juga harus naikkan hasil tangkapan ikan

Editor:
Laporan Wartawan Tribun Manado Budi Susilo


TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG
- Aksi unjuk rasa terjadi di depot Pertamina Bitung, Kamis (17/11/2011), mengatasnamakan Aliansi Rakyat Bitung (ARB). Mereka mengeluhkan minyak tanah yang semakin sulit dicari,
Pengamatan Tribun Manado, demonstran muncul sejak pukul 09.00 Wita.

Pergerakan massa datang dari berbagai elemen masyarakat. Ada yang mengatasnamakan pekerja nelayan dalam wadah Himpunan Pengusaha Kecil Nelayan Kota Bitung, petani dan ibu-ibu rumah tangga.

Satu di antara orator aksi, Rahmat Pulukadang, menegaskan, sebagian besar nelayan masih menggunakan bahan bakar minyak tanah. "Sekarang sudah sulit dicari, harga mahal kami tidak bisa melaut. Apa mungkin kami juga harus naikkan hasil tangkapan ikan," tegasnya.

Warga lainnya, Rocky Oroh menuturkan, terjadinya kelangkaan dan mahalnya minyak tanah akibat dari spekulan yang bermain. "Harusnya pihak kepolisian tertibkan dan tangkap para pangkalan minyak yang berani jual HET lebih mahal," tegasnya.

Head Operation Pertamina Bitung, Guntur Mawengkang menuturkan, pertamina di Bitung itu hanya mendatangkan dan melakukan distribusi, penentuan harga bukanlah wewengannya. "Mari kita hadapi ini bersama-sama bahu membahu cari solusi," ujarnya.

Ia menuturkan, program penarikan subsidi telah dilakukan sejak 24 Oktober, menyusul memasuki 14 November subsidi ditarik sampai 60 persen dan memasuki 31 Januari sudah tidak ada lagi. "Kebijakan konversi itu sebenarnya untuk penghematan 1/3 anggaran negara," ujarnya. (bdi)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved