Pramuka
Tahun Emas Pramuka Tomohon Dirayakan Sederhana
Perayaan hari ulang tahun (HUT) Pramuka ke-50 di Kota Tomohon berlangsung sederhana, (14/8). Di
Penulis: | Editor: Andrew_Pattymahu
TRIBUNMANADO.CO.ID, TOMOHON--
Perayaan hari ulang tahun (HUT) Pramuka ke-50 di Kota Tomohon
berlangsung sederhana, (14/8). Di tahun emas ini perwakilan pramuka
Kwartir Cabang Kota Tomohon berjumlah sekitar 29 anggota dari pembina,
penggalang, penegak, pandega dan perwakilan gugus depan memilih
merayakan stengah abad usia pramuka dengan melaksanakan upacara di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah, Kelurahan Pangolombian, Kecamatan
Tomohon Selatan.
"Upacara memang diagendakan digelar secara sederhana di tempat sampah, sebagai kiasan untuk membersihkan sampah-sampah dalam Organisasi Gerakan Pramuka Tomohon," ujar Yongky Sumual, Kwarcab Andalan Urusan Kegiatan, kemarin.
Upacara yang juga dilaksanakan sebagai bentuk protes keras dan kekecewaan terhadap Kwartir Cabang Pramuka Tomohon yang tidak mau peduli dengan perayaan HUT ke-50 Gerakan Pramuka dimulai sekitar pukul 15.45 Wita. Kendati dalam suasana tersengat bau busuk dari sampah-sampah yang bertebaran, para peserta tetap semangat mensukseskan perayaan tersebut. "Di tingkat nasional, Presiden saja hadir dalam perayaan pramuka. Tapi, di Tomohon tak diperhatikan sama sekali. Jadi kami mendesak segera dilakukan musyawarah luar biasa, karena kepengurusan sudah vakum selama 2 tahun," jelasnya kepada Tribun Manado.
Kepengurusan pramuka di Kota Tomohon kata Yongky telah berakhir sejak 2009 silam. Akibatnya, penyelenggaraan organisasi ketinggalan jauh dari daerah lainnya karena tak bisa dijalankan sesuai petunjuk penyelenggaraan kwartir cabang sesuai yang diatur Undang-undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka.
Freddy Montolalu, pembina upacara menegaskan perayaan HUT Pramuka pada tahun ini mencetak sejarah baru karena digelar dalam suasana penuh keprihatinan, akibat minimnya perhatian. "Peringatan 50 tahun ini menjadi sejarah baru, jadi ambil hikmahnya saja sebagai wujud kebersamaan anggota pramuka. Mudah-mudahan ke depan tak upacara lagi di tempat sampah," harapnya.
Ronald Montolalu, peserta upacara lainnya mengaku prihatin dengan kondisi pramuka di Kota Tomohon saat ini. "Saya pikir, sesudah Undang-undang tentang Gerakan Pramuka ditetapkan 10 Oktober 2010, organisasi ini sudah merdeka di Kota Tomohon, tapi kenyataannya justru terjadi sebaliknya," kesalnya.
Warga Kamasi Lingkungan II tersebut pada tahun-tahun sebelumnya perayaan berlangsung semarak dengan digelarnya kegiatan seperti PBB dan devile. "Saya waktu pertama kali ikut pramuka, banyak prestasi yang bisa diukir. Saya juga jadi lebih percaya diri, jujur dan berani," kenangnya.
Lewat pembinaan berkelanjutan, kata Ronald telah membentuknya menjadi pribadi yang mandiri terutama saat kuliah. "Jika dulu saya malu-malu, sekarang tidak lagi karena terus dibina lewat gerakan pramuka. Bahkan keingingan untuk menolong yang mengalami kesulitan sangat besar, karena sudah dibekali sejak awal. Mudah-mudahan kedepan tak terjadi kevakuman kepengurusan lagi, agar pembinaan berjalan dengan baik," tukasnya.
Upacara berlangsung hikmat dengan adanya pembacaan Pancasila, Satya dan Dharma Pramuka.