Pantai Tasik Oki Riwayatmu Kini
Gumpalan awan menghitam terpandang kedua bola mata. Pancaran surya temaram, pertanda cuaca sedang muram curahkan air gerimis
Laporan Tribun Manado, Budi Susilo
Gumpalan awan menghitam
terpandang kedua bola mata. Pancaran surya temaram, pertanda cuaca
sedang muram curahkan air gerimis hujan. Angin sepoi berhembus, dingin
merasuk ke kulit tubuh. Atmosfir ini mengental ketika pukul 15.00 Wita,
memasuki daerah pantai Tasik Oki, Desa Watudambo, Kecamatan Kauditan Kabupaten Minahasa Utara, Minggu (17/4/2011).
GEGERNYA, setiba di pantai Tasik Oki, pantai tak lagi mampu wujudkan wajah aslinya. Keperawanannya telah sirna, ditelan oleh kerakusan dan kebengisan para manusia yang tidak bertanggung jawab, hanya mampu mengeruk dan memuaskan nafsu perut.
Pengakuan warga setempat, Putu Ginanti (36), daratan pantai telah berkurang, orang tak bertanggung jawab mengambil pasir, telah merusak keaslian pantai. Sebab, di tahun 1994 daratan pantai masih lapang, namun sekitaran masuk tahun 2003, garis pantai mundur berkurang. "Ada yang mengeruk pasirnya. Saya tidak tahu persis buat apa pasirnya," tuturnya.
Berdasar penjelasan kesaksian Ginanti, daratan yang telah habis terkuras, berdasar perkiraan hitungan pengerukan sekitar 20 meter panjangnya. "Wilayah perairan jadi lebih banyak ketimbang daratan," ujarnya sambil menunjukkan bekas galian pasir.
Bukan rahasia umum, sebagian orang telah mengetahui keberadaan Pantai Tasik Oki itu sebagai lokasi pelipur lara, menjadi objek wisata daerah Minahasa Utara. Di kejayaannya sekitar tahun 1995, pernah menjadi tujuan wisata pantai favorit warga setempat dan luar Minahasa Utara.
Agus Tangkudung (38), mantan juru kunci pantai Tasik Oki, menuturkan, sempat dahulu ada pengunjung betah berdiam di komplek pantai, mendirikan tenda menginap semalaman hingga pagi. "Mahasiswa, acara keluarga, bahkan kesatuan militer pernah coba," tuturnya.
Akses jalan masuk ke pantai Tasik Oki terkini rusak ringan. Ada beberapa lubang, utamanya di tikungan jalan yang menurun dan naik. Ibarat ranjau, celakalah yang kurang cermat waspada. Tak berhati-hati tergelincir yang diperoleh. Padahal awalnya, ujar Agus, infrastruktur jalan ke komplek mulus bagus, nyaman digunakan. "Sekarang sudah tak diurus. Tidak jelas siapa yang bertanggung jawab mengelola," katanya.
Kondisi semak rumput di pantai Tasik Oki tumbuh liar tak terkendali, tak jauh berbeda dengan hutan rimba belantara. Tampak pula pepohonan besar menjulang tinggi seperti antara lain Ketapang dan Mangga, turut menghiasi keanekaragaman rindangnya hijau alam pantai Tasik Oki.
"Dulu rapi indah seperti taman, tidak seperti hutan sekarang orang berkurang datang untuk wisata," ungkapnya ketika itu mengenakan kaus berkerah putih.
Potensi alam pantai Tasik Oki terbilang unik, memiliki karakteristik tersendiri. Penamaannya memiliki sejarah, Jacobus Larui (53), Kepala Jaga 11 Desa Watudambo, menjelaskan, Tasik Oki diambil dari bahasa Minahasa yang berarti pantai kecil.
Disebut pantai kecil disebabkan lokasi pantai terdapat semacam menyerupai bentuk danau yang ditumbuhi pohon bakau. Jarak dari lokasi wisata pantai Tasik Oki daya tempuhnya sekitar satu kilometer. "Berair laut. Asin rasanya. Sumber air dari aliran laut pantai Tasik Oki," katanya.
Jacobus menjelaskan, untuk mencapai lokasi tersebut, dari lokasi pantai Tasik Oki harus menggunakan perahu kecil. Pengunjung melewati medan perairan laut dengan absen ganasnya arus air laut. Di dalam perjalanan menuju tujuan pun akan ditambah hidangan panorama hijaunya rerumputan serta ribuan tegaknya pohon kelapa.
Sayangnya, saat tiba ditujuan lokasi tersebut mungkin akan timbul sebuah perasaan yang memprihatinkan. Gemah rimpah kekayaan hutan bakau telah berkurang, tak seperti jaman dahulu kala. Menurut Jacobus, di era tahun 1970 padang hutan bakau rimbun besar-besar, namun sejak memasuki di dekade tahun 1980 bakau banyak yang rusak, ditebangi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Padahal hutan bakau itu memberikan manfaat untuk tempat peranakan ikan, mempengaruhi jumlah tumbuh berkembangnya ikan-ikan seperti di antaranya ikan Belanak, Kakap Rawa, dan Bandeng. "Akibatnya banyak nelayan yang mengeluh hasil perikanannya kurang," ungkapnya.
Teddy Tandaju MBA, Pengamat Marketing Pariwisata, menuturkan, wisata pantai Tasik Oki Minahasa Utara itu prospek pasar yang bagus. Menyuguhkan alam tropis dengan andalan keindahan sinar matahari dan pasirnya.
"Gelar ivent-ivent untuk angkat kembali geliat wisata pantai Tasik Oki. Buat wisata keluarga seperti cari telur Paskah, lomba mancing, gelar parade kapal hias. Masyarakat setempat bersama pemerintah bisa lakukan," tegasnya.
Ia menjelaskan, ada beberapa kerusakan yang dialami pantai Tasik Oki optimis dapat diperbaiki asalkan ada gerakan bersama antara warga setempat dan pemerintah melakukan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan. Upaya ini adalah hal pokok yang dilakukan agar dapat menjadi modal daya tarik wisata pantai Tasik Oki.
"Melakukan reboisasi. Banyak menanam tanaman bakau. Tanah yang abrasi dilakukan penimbunan kembali, mengembalikan daratan pantai normal lagi. Kalau tidak tanami saja berbagai pohon yang indah melalui reboisasi," tuturnya.