Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kilau Emas Kian Berkilau: Begini Prediksi Rupiah dan IHSG

Kilau emas semakin mentereng. Penantian pasar terhadap pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
SHUTTERSTOCK
Emas batangan ist 

TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Kilau emas semakin mentereng. Penantian pasar terhadap pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) di akhir bulan ini membuat laju emas tak terbendung.

Kemarin, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2019 di Commodity Exchange kembali menguat 0,09% menjadi US$ 1.428,00 per ons troi. Dalam sepekan, harganya sudah menanjak 1,03%.

Baca: Investor Tak Melirik Junk Bond

Analis Asia Trade Future Deddy Yusuf Siregar mengatakan, pamor emas kembali meningkat setelah perekonomian global cenderung stagnan. Belum lagi, sinyal kuat dari The Federal Reserve yang akan memangkas suku bunga acuan dalam FOMC Meeting pada 30-31 Juli membuat si kuning sulit meredup.

Namun, pernyataan Gubernur The Fed St Louis, James Bullard, bahwa penurunan suku bunga Amerika Serikat paling tidak hanya 25 basis poin (bps) saja di tahun ini, membuat pergerakan emas agak tersendat.

Padahal menurut Deddy, jika bank sentral AS tersebut bisa memangkas suku bunga acuan hingga 50 bps, harga emas bisa kembali ke level US$ 1.500 per ons troi. "Tetapi jika penurunan suku bunga tidak agresif, paling harga emas ada di US$ 1.450 per ons troi," jelas dia.

Sentimen dari geopolitik juga bakal menyulut harga emas. Seperti ketegangan di Timur Tengah yang kembali memanas setelah AS menggandeng Inggris untuk menekan Iran. Mengingat sebelumnya Iran menahan kapal tanker berbendera Inggris.

Katalis lain datang dari perang dagang antara AS dan China yang belum menemukan titik terang. Pasar juga masih menanti perkembangan politik di Inggris jika Boris Johnson benar-benar terpilih sebagai perdana menteri menggantikan  Theresa May. 

Baca: Bisnis Remitansi Masih Tokcer: Ini Negara Penyumbang Bisnis Incoming Remitansi BRI

Karena itu, Deddy masih melihat peluang emas menguat hari ini terbuka lebar. Ia memperdiksi, harga si kuning bergerak di kisaran US$ 1.412-US$ 1.445,40 per ons troi.

Secara teknikal, harga emas bergerak di atas moving average (MA)50, MA100 dan MA200 yang mengindikasikan harganya masih dalam tren bullish.

Selain itu, indikator stochastic juga masih di area 63 yang mengindikasikan tren kenaikan, diikuti relative strength index (RSI) juga di level 59 yang berpotensi mengangkat harga emas setelah moving average convergence divergence (MACD) di area positif.

Mata uang rupiah
Mata uang rupiah (kontan.co.id)

Prediksi Rupiah

Terseret Sentimen Eksternal

Rupiah melemah di hari kedua pekan ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah 0,3% di Rp 13.985 per dollar AS. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,07% di Rp 13.973.

Baca: Terduga Teroris Terima Dana Rp 413 Juta dari Luar Negeri: Ini Nama Pendonor

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pelemahan rupiah karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, usai Iran menyita kapal tanker milik Inggris beberapa waktu lalu. Selain itu, perubahan arah kebijakan moneter dari Bank Sentral Eropa (ECB) membuat pasar optimistis Gubernur ECB Mario Draghi akan memangkas bunga acuan.

Sementara itu dari dalam negeri, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, ada aksi profit taking dari investor domestik. Karena itu, hari ini, dia memproyeksikan, rupiah masih akan melemah.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved