Kisah Sukses
Kisah Anak Panti Asuhan, Sempat Terkendala Saat Bersekolah, Kini Menjadi Direktur Utama
Akhmad Mundholin, penghuni panti asuhan yang kini menjadi Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kendal, Jawa Tengah.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Menginspirasi. Seorang pria terus memotivasi dirinya sendiri dengan sebuah kalimat.
Akhmad Mundholin, penghuni panti asuhan yang kini menjadi Direktur Utama Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kendal, Jawa Tengah.
Kalimat yang terus menjadi pengangan baginya yaitu. "Nasib memang Tuhan yang menentukan, tetapi manusia harus berusaha supaya apa yang dicita-citakan bisa terwujud.
Mundholin mengatakan, apa yang dicapai saat ini tidak mudah.
Selain membutuhkan perjuangan dan kesabaran, perlu juga untuk banyak berdoa kepada Tuhan.
Baca: Seolah Masih Tak Percaya Nunung Pakai Narkoba, Anak Nunung Beberkan Sikap Ibunya Saat di Rumah
Baca: BREAKING NEWS: Manny Pacquiao Sukses Rebut Gelar Sabuk WBA Milik Keith Thurman
Baca: Razia Malam Minggu, Polsek Tombatu Amankan Knalpot Racing dan Polsek Amurang Bubarkan Pesta Miras
Baca: Amankan Pengucapan Syukur, Begini Pesan Dandim Minahasa
Baca: Ini 5 Cara Tingkatkan Stamina Tak Menimbulkan Efek Samping Tanpa Harus Pakai Narkoba
Bapak tiga anak yang kini tinggal di Desa Pidodo Kulon, Patebon, Kendal, ini menceritakan bahwa masa kecilnya sangat sulit dilalui.
Sewaktu umur 2 tahun, ia sudah harus menjadi anak yatim. Sebab, Ayahnya meninggal dunia.
Saat itu, kehidupan ekonomi keluarganya benar-benar memprihatinkan.
Baca: Badan Pengurus Kaum Bapak Katolik Kevikepan Manado Dilantik dan Disahkan Hari ini
Baca: Ahok Ogah Bertemu dengan Veronica Tan, Nathania Purnama: Papa Sudah Beruntung Tidak Ditinggal Mama
Baca: Iriana Jokowi Padukan Kain Batik dengan Sneakers, Penampilannya Jadi Sorotan
Baca: Butuh Refreshing, Driver Online Panterek Team Jajal Jalan Tol di Akhir Pekan
Baca: Pemkot Manado Raih Medali Emas dan Perunggu Pada Ajang Internasional CCW Asia Pasifik
Bahkan, untuk makan saja, menurut Mundholin, keluarganya kadang masih bergantung dari bantuan tetangga yang dermawan.
“Hidup kami sangat susah,” kata Mundholin, sambil meneteskan air mata, saat ditemui, Sabtu (20/7/2019).
Mundholin mengatakan, untuk menghidupi 8 orang anak, ibunya bekerja sebagai penarik karcis pedagang pasar.
Lantaran gajinya tidak cukup untuk menghidupi 8 anaknya itu, ibunya mencari pendapatan tambahan dengan bekerja sebagai tukang sapu di Pasar Pidodo Kulon.
Mudholin yang merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara tersebut menceritakan, selepas menamatkan sekolah dasar, ia dilanda kebingunan .
Sebab ia ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat sekolah menengah pertama (SMP).
Namun, ia sadar bahwa untuk melanjutkan sekolah ke SMP, ibunya sudah tidak ada biaya.