Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sekolah Terbakar, Bocah SD Wawunian Pulau Talise Bertaruh Nyawa Demi Bisa Belajar

Jalan kaki teracam jurang. Salah melangkah jatuh.Naik perahu terancam badai, perahu bisa terbalik.

Penulis: Fransiska_Noel | Editor: Fransiska_Noel
ISTIMEWA/ULVA TAKKE
Dilihat dari kejauhan, dua bangunan sekolah SD Negeri di Desa Wawunian Pulau Talise hanya tinggal dinding berdiri, tanpa atap pasca terbakar tahun 2014 silam. Hingga saat ini belum ada bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk perbaikan gedung sekolah. (ISTIMEWA/ULVA TAKKE) 

Laporan Jurnalis Tribunmanado.co.id, Fransiska Noel

TRIBUNMANADO.CO.ID, TALISE – Kapal yang saya tumpangi merapat di pesisir Desa Wawunian Pulau Talise Kabupaten Minahasa Utara sekitar pukul 09.30 Wita.

Saat hendak mendekati bibir pantai, haluan kapal tiba-tiba membentur sesuatu. Ternyata kapal kandas karena air sangat dangkal. Padahal jarak kapal dengan pesisir masih sekitar 200 an meter.

Alhasil, saya dan beberapa kawan terpaksa turun dari kapal, dan mulai jalan kaki.

Dilihat dari kejauhan, dua bangunan sekolah SD Negeri di Desa Wawunian Pulau Talise hanya tinggal dinding berdiri, tanpa atap pasca terbakar tahun 2014 silam. Hingga saat ini belum ada bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk perbaikan gedung sekolah. (ISTIMEWA/ULVA TAKKE)
Dilihat dari kejauhan, dua bangunan sekolah SD Negeri di Desa Wawunian Pulau Talise hanya tinggal dinding berdiri, tanpa atap pasca terbakar tahun 2014 silam. Hingga saat ini belum ada bantuan baik dari Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk perbaikan gedung sekolah. (ISTIMEWA/ULVA TAKKE) (ISTIMEWA/ULVA TAKKE)

Perjalanan menuju bibir pantai ini menjadi tidak mudah, karena kami harus hati-hati saat melangkah untuk menghindari kaki tertusuk bulu babi yang jumlahnya sangat banyak menyebar di sepanjang pantai.

Tinggi air laut mencapai selutut hingga sepaha mendekati kawasan hutan mangrove yang jumlahnya juga makin habis di sekitar pesisir pantai Desa Wawunian ini.

Tidak ada petunjuk perihal arah jalan menuju pantai mengakibatkan perjalanan memakan waktu lebih dari setengah jam.

Berbeda dengan tiga desa lain di Pulau Talise, Desa Wawunian tak memiliki dermaga sebagai tempat sandar kapal atau perahu.

Aktivitas berlayar baru bisa dilakukan saat air laut sudah pasang kembali.

Setelah berjuang mencari jalan, akhirnya kaki bisa berjejak di dataran kering pesisir pantai Desa Wawunian.

Jalanan desa lebih kecil, pesisir pantai agak kumuh karena warga seenaknya buang sampah di tepi pantai menjadi pemandangan sekilas saat saya memasuki desa ini.

Setelah bertanya sebentar, saya dan dua kawan dirahkan menuju rumah Hukum Tua Desa Wawunian, Uce Pudihan yang letaknya tak jauh dari pantai.

Sebelum berangkat ke Desa ini, saya sudah mendapatkan informasi bahwa ada Sekolah Dasar Negeri di Desa Wawunian yang terbakar dan mengakibatkan terhentinya aktivitas belajar.

Bukti terbakarnya sekolah satu atap yang menampung sekitar 50 siswa Sekolah Dasar kelas 1 dan 2 ini terlihat saat saya dalam perjalanan menuju pesisir pantai.

Dari kejauhan bangunan sekolah hanya tinggal dinding yang masih berdiri, sementara atapnya tidak ada lagi.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved