IHSG Terhempas Harga Komoditas: Begini Nasib Mata Uang Garuda
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun setelah menguat dalam empat hari terakhir. Rabu (3/7), IHSG melemah 0,35%
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun setelah menguat dalam empat hari terakhir. Rabu (3/7), IHSG melemah 0,35% ke 6.362,62. Pelemahan tersebut diikuti dengan aksi jual asing sebesar Rp 504,48 miliar.
Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi mengatakan, penurunan harga komoditas tambang menjadi faktor penghambat IHSG. Dia menyebut ini adalah efek samping potensi perlambatan ekonomi global.
"Turun akibat outlook negatif indeks kinerja manufaktur dunia yang merupakan efek samping naiknya tensi perdagangan global," ujar Lanjar. Indeks sektor mining turun paling dalam kemarin, yakni 3,49% ke 1.659,61.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino menyebut, faktor lain yang menyebabkan IHSG melemah adalah perang dagang antara Amerika Serikat dengan negara-negara Uni Eropa. "Ada kekhawatiran perang dagang melebar ke Uni Eropa setelah AS mengenakan tarif impor barang asal Eropa senilai US$ 4 miliar," ujar dia.
Hari ini, Mino memprediksi IHSG masih akan terkoreksi dengan kisaran pergerakan di 6.330-6.390. "IHSG sudah jenuh beli dan cenderung turun karena harga komoditas," jelas dia. Lanjar memperkirakan IHSG turun dan bergerak di 6.294-6.365.

Prediksi Rupiah
Terkerek Hasil Lelang
Rupiah menguat terhadap dollar AS pada Rabu (3/7). Kurs spot rupiah menguat 0,13% ke Rp 14.120 per dollar AS. Sedangkan JISDOR melemah 0,14% ke Rp 14.160 per dollar AS.
Hasil lelang surat utang menjadi faktor pendorong rupiah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk pada lelang SUN, Selasa (2/7), mencapai Rp 62,09 triliun.
Jumlah tersebut lebih besar dari jumlah penawaran di lelang SUN dua pekan sebelumnya, yakni Rp 54,79 triliun. Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan, hasil penawaran lelang surat utang negara tersebut menunjukkan minat pelaku pasar terhadap aset rupiah masih bagus.
Ini membuat rupiah menguat. "Hasil penawaran besar sekali, kelebihan sampai tiga kali lipat. Jadi kelihatan minat investor terhadap mata uang aset rupiah itu masih bagus," ujar David.
Walaupun rupiah memiliki tren menguat, Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menyebut, ada beberapa ancaman negatif dari sisi eksternal. Ini terkait kebijakan perdagangan AS.
Negara tersebut menetapkan tarif impor bagi barang asal Uni Eropa US$ 4 miliar. "Seharusnya ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah, tapi sepertinya hal ini tidak dihiraukan oleh investor pada hari ini," ujar Yudi.
Ini karena kondisi dalam negeri kondusif dan mendukung pergerakan pasar. Kamis (4/7), Yudi dan David memperkirakan rupiah masih menguat. Yudi memprediksi rupiah akan bergerak antara Rp 14.070-Rp 14.190. Sedang David menganalisa rupiah akan bergerak antara Rp 14.100-Rp 14.170 per dollar AS.