Pengamat: Kasihan 68 Juta Pemilih Prabowo, Kalau Parpol Adil Makmur Pindah Dukung Pemerintah
Sejumlah kalangan terutama pengamat politik menilai langkah beberapa partai politik (parpol) pendukung Prabowo Subianto
TRIBUNMANADO.CO.ID, JAKARTA - Sejumlah kalangan terutama pengamat politik menilai langkah beberapa partai politik (parpol) pendukung Prabowo Subianto yang kelihatan akan mendukung pemerintahan saat ini akan membingungkan masyarakat, yang sewaktu Pilpres 2019 lalu mendukung paslon 02.

Pengamat Politik Adi Prayitno menyebut sikap partai politik (parpol) bertingkah 'dagelan' pasca-penetapan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2019-2024.
Hal itu disampaikan Adi saat membicarakan sejumlah partai oposisi yang dinilai akan berpindah haluan untuk bergabung dengan kubu pemenang pilpres, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin.
Menanggapi itu, Adi justru mengaku merasa kasihan terhadap para pendukung oposisi.
"Ini kan enak betul pemilu kita. Sudah ada cebong dan kampret, kelahi berhari-hari, berbulan-bulan, kok tiba-tiba mereka islah dengan sharing power. Kan kasihan rakyatnya sebagai pemilih," ujar Adi, seperti dikutip TribunWow.com dari 'Breaking iNews, Senin (1/7/2019).
Baca: 7 Film yang Tayang Juli 2019, Ada Spiderman dan Lion King
Baca: “Pentingnya Doa dalam Keluarga”
Baca: Allah Tahu Kebutuhan Kita
"Kalau mau jujur, 68 juta pemilih Pak Prabowo itu, itu adalah orang yang menghendaki Pak Jokowi diganti sebagai presiden."
"Kok tiba-tiba elitenya jumping. Ini kan ada konflik batin sebenarnya antara elite dengan pemilih,"sambungnya.
Terkait itu, Adi lantas menyinggung sejumlah sikap partai oposisi yang dinilai tengah 'bermain mata' untuk mendekati pemerintah.
Ia menegaskan, hal tersebut tak baik untuk proses demokrasi tanah air.
Bahkan, dirinya memberikan sindiran kepada sejumlah partai yang sedang mendekati pemerintah.
"Ini iddah politiknya belum selesai, masih suasana panas, saling nyinyir masih terjadi di mana-mana, tapi tiba-tiba elite yang selama ini membuat gaduh tiba-tiba kemudian bermain mata dengan penguasa," jelas Adi.
"Ini enggak baik buat pmbelajaran demokrasi kita."
Baca: Pep tak Yakin Neymar Akan Bersinar saat Kembali ke Barcelona, Ini Alasan Guardiola
Baca: Thomas Vermaelen Jadi Pengangguran, 3 Pemain Ini Juga Dilepas Barcelona
Baca: Barcelona Muda Hancurkan Real Madrid 6-1, Kluivert Cetak 2 Gol Penentu, New York Jadi Saksi
"Apa yang kita dapat dari demokrasi kita begitu ekstrem 10 bulan ini, nyaris enggak ada."
"Semuanya jadi dagelan," tegasnya.
Setelahnya, dirinya mempertanyakan terkait sikap para partai yang sebelumnya saling memberikan kritik.