Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Wanita di Bali Ini Jatuh dari Motor saat SD, Keluarga tak Peduli, Begini Caranya Bertahan Hidup

Wanita di Bali Ini Jatuh dari Motor saat Masih SD, Kini Hidupnya Memprihatinkan, Keluarga tak Peduli: Saya dibuang

Editor: Aldi Ponge
Tribun Bali/Noviana Windri
Luh Ariani tengah memasak daging ayam dan kentang di dalam rumah batunya, di Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Luh Ariani wanita asal Tabanan, Bali yang kini tinggal di sebuah rumah batu di kaki Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali.

Dia menderita polio sejak dirinya duduk di kelas 6 SD,

Luh Ariani yang tak mengingat tanggal lahirnya ini mengatakan dirinya belum menikah.

Sama seperti seorang wanita pada umumnya, meski fisiknya tak bisa digerakkan dengan baik, Luh Ariani tetap memasak dan meracik makanannya sendiri.

Namun, bumbu masakan yang terlihat di dapur yang sekaligus ruang tamu baginya hanyalah ada 1 jenis bumbu penyedap makanan.

Tak ada minyak, garam, gula, lengkuas atapun jahe, saos, bawang putih dan bumbu lainnya.

Luh Ariani, wanita yang tinggal dalam sebuah rumah batu di kaki Gunung Batu, Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019).
Luh Ariani, wanita yang tinggal dalam sebuah rumah batu di kaki Gunung Batu, Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019). (Tribun Bali/Noviana Windri)

Bahan makanan yang Luh Ariani dapat merupakan pemberian orang yang ia sebut sebagai temannya.

"Ini saya dapat dikasih teman. Kalau saya kasih uang tidak pernah mau. Dikasih begitu saja," ujarnya saat ditemui Tribun Bali di rumah batunya, Jalan Pendakian Gunung Batur, Kintamani, Bangli, Bali, Sabtu (13/4/2019).

Peralatan masak pun hanya ada 3 buah panci yang ia dapat dari pemberian orang.

Tungku masak pun hanya dibuat dari 3 buah batu yang disusun sedemikian rupa.

Luh Ariani mengaku saat itu ia bersekolah hingga kelas 6 SD saat ia masih ditinggal di Tabanan bersama orang tuanya.

Orang tuanya memaksanya melajutkan sekolah di Denpasar namun ia tolak.

"Saya dulu punya saudara angkat. Saudara angkat saya tidak pernah pisah dengan saya. Saya juga sedih kalau berpisah dengan saudara saya jika harus sekolah di Denpasar. Makanya saya tidak mau meneruskan sekolah di Denpasar," ungkapnya yang saat itu tengah memotong daging ayam dan kentang untuk dimasak.

Luh Ariani menceritakan sakit polio yang diderita berawal dari ia jatuh dari sepeda motor saat hendak berangkat sekolah.

Kecelakaan yang Luh Ariani alami menyebabkan tulang kakinya retak parah dan menggunakan gypsum selama hampir 6 bulan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved