Khouni Paparkan Populasi Macaca Nigra di Cagar Alam Tangkoko Pada Kegiatan SRAK
Khouni Paparkan Populasi Macaca Nigra di Cagar Alam Tangkoko Pada Kegiatan SRAK.
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: Siti Nurjanah
TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Duta Yaki Indonesia Khouni Lomban Rawung memaparkan populasi Monyet Hitam Sulawesi atau Macaca nigea dalam Rapat Kerja Finalisasi Draft Strategi Rencana Aksi dan Konservasi (SRAK) Monyet Hitam Sulawesi (Macaca Nigra)
Kegiatan ini digelar di Hotel Salak The Heritage, Bogor Tengah, Kamis - Jumat (28-29/3/2019).
Dihadiri Drh Indra Exploitasia sebagai Direktur konservasi Keanekaragaman Hayati dan Prof Gono Semiadi sebagai peneliti.
Baca: Berbeda dengan Kehidupannya yang Glamour, Ternyata Syahrini Butuh Waktu 10 Tahun untuk Jadi Sarjana
Baca: Kata Manajemen Persib Bandung soal Rumor Bakal Coret Bojan Malisic seusai Datangkan Fabiano Beltrame
Baca: 5 Zodiak Berikut Terlalu Realistis dan Logis, Berpikir Panjang Sebelum Mengambil Keputusan
Dalam kesempatan itu, Rawung mengatakan Monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) merupakan satwa primata endemik Sulawesi Utara. Spesies ini menempati habitat hutan hujan tropis primer dan sekunder di beberapa lokasi di semenanjung utara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau satelitnya.
"Satu di antara lokasi tersebut adalah Cagar Alam (CA) Tangkoko-Batuangus, yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Kawasan seluas 3.196 ha ini ditetapkan sebagai cagar alam berdasarkan atas SK Gubernur Nomor 6 Stbl 1919 tanggal 12 Februari 1919," katanya.
Kepala Sekolah Lingkungan Kota Bitung ini juga menjelaskan tentang Populasi monyet hitam di CA Tangkoko-Batu Angus telah mengalami penurunan hingga 75 persen sejak tahun 1979 akibat perusakan habitat dan aktivitas perburuan.
"Mengingat populasinya yang terus menurun, maka spesies ini dilindungi oleh Pemerintah Indonesia melalui SK Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970, yang menyebut nama spesies ini sebagai Cynopithecus niger. Monyet hitam Sulawesi oleh IUCN dikategorikan sebagai spesies yang genting (endangered) dan oleh CITES dicantumkan dalam Apendix II," katanya.
Ia pun berharap, lewat kegiatan ini ada output yang baik dalam rangka terus menjaga dan memelihara keberlangsungan hewan endemik khas Kota Bitung ini.