Tugas dan Tanggung Jawab
Sungguh Mulia Lakunya, Anggota Brimob Hidupi 72 Anak Yatim, Terpanggil karena Peristiwa Ini!
Terkadang masih banyak dari kita yang enggan menolong sesama yang membutuhkan dengan alasan 'masih belum mampu'.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Terkadang masih banyak dari kita yang enggan menolong sesama yang membutuhkan dengan alasan 'masih belum mampu'.
Namun sosok anggota Brimob bernama Ipda Rochmat Tri Marwoto (41) ini seolah menepis anggapan tersebut.
Kisahnya yang mampu menghidupi 79 anak yatim selama 11 tahun dengan gaji pas-pasan ini berhasil menginspirasi banyak orang.
Ipda Rochmat Tri Marwoto merupakan anggota Detasemen C Pelopor Satuan Brimob Polda Jawa Timur mengasuh 79 anak tak mampu.
Kisah ketulusannya ini sempat viral pada akhir 2017.
Saat itu Rochmat yang masih berpangkat Brigpol menjadi pembicaraan setelah mendapat penghargaan dari Kapolda Jatim saat itu, Irjen Machfud Arifin karena, bersama istrinya, bahu-membahu menghidupi dan menyekolahkan mulai anak yatim, anak telantar, hingga anak mantan pecandu narkoba.
"Anak yang pernah makan satu rumah dengan saya ada 64 anak. Ada yang tinggal dua bulan, ada yang tujuh tahun," kata Rochmat, Rabu (22/11/2017) siang, seperti dilansir dari kompas.com.
Baca: SEJARAH - Cerita Soekarno Saat ke Jepang, Dikawal 20 Gangster Yakuza karena Dianggap Tak Resmi
Pengabdiannya pada anak-anak terlantar, kurang mampu, dan yatim piatu ini sudah berlangsung sejak 2007.
Alasan warga Dusun Jati, Desa Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, untuk mengasuh anak-anak tersebut ternyata dipicu oleh pengalamannya sendiri saat mengalami kesulitan untuk membiayai kuliahnya di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia di Jakarta, 10 tahun lalu.
Bahkan, saat itu, untuk menutupi kebutuhan kuliah, dia harus bekerja sampingan sebagai tukang ojek.
"Saat kuliah di Jakarta, saya bekerja sampingan menjadi tukang ojek dari pukul 15.00 sampai pukul 21.00. Dari hasil ojek, saya mendapatkan tambahan pendapatan Rp 7.000 hingga Rp 12.000," kata Rochmat.
Pengalaman pahit itulah yang membuat Rochmat, selama lebih dari 10 tahun, berjuang untuk tak hanya membiayai sekolah, tapi juga kebutuhan hidup anak-anak asuhnya.
"Kalau anak-anak mau sekolah sampai perguruan tinggi, ya saya siap tanggung biayanya. Dari mereka, kini ada yang sudah jadi polisi, guru, hingga pegawai bank," kata Rochmat.
Namun, tentu saja keinginan tersebut tak semudah membalikan telapak tangan. Apalagi mengingat gajinya yang pas-pasan.
Dalam sebulan, rata-rata ia harus mengeluarkan biaya Rp 8 juta untuk makan dan uang saku anak asuhnya.