Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

NASA Ungkap Fakta Baru Penyebab Likuifaksi Petobo dan Gempa Palu, Ilmuan JPL Terkejut

NASA mengungkap fakta terbaru mengenai bencana Likuifaksi di Kampung Petobo dan gempa palu di Sulawesi Tengah.

Editor: Alexander Pattyranie
Proses Likuifaksi di Perumahan Petobo, Palu 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Ilmuwan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA mengungkap fakta terbaru mengenai bencana Likuifaksi di Kampung Petobo dan gempa Palu di Sulawesi Tengah yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.

Gempa Bumi yang meluluhlantakkan Palu disusul tsunami dan Likuifaksi yang menewaskan 2.086 jiwa dengan total kerugian mencapai Rp 18,48 triliun, ternyata tergolong peristiwa langka yang cuma terjadi sebanyak 15 kali dalam catatan sejarah geografi.

Ilmuwan Laboratorium Propulsi Jet atau JPL NASA mengklaim, gelombang seismik bergerak menelusuri sesar Bumi dengan kecepatan super yang memecahkan batas kecepatan geologis.

Baca: RESMI! Pakai GPS Online di Ponsel saat Berkendara Kena Denda Tilang atau Kurungan Penjara

Baca: Berpenghasilan Rp 14 Miliar, Mantan Model Majalah Nastasia Urbano, Kini Jadi Gelandangan

Baca: Kisah Samsudin, Penjahit Pukat Kapal Pajeko, Sabar Menjahit Ribuan Meter hingga Bisa Bangun Rumah

Kondisi warga pengungsi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah, usai dihantap angin kencang, Jumat (28/12/2018).
Kondisi warga pengungsi di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, Sulawesi Tengah, usai dihantap angin kencang, Jumat (28/12/2018). (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Geoscience itu mengungkap retakan bergerak di sepanjang sesar dalam kecepatan yang sangat tinggi dan memicu gelombang naik turun atau sisi ke sisi yang mengguncang permukaan tanah dan menyebabkan Likuifaksi.

Hasil studi ini sejalan dengan kesaksian korban selamat dari neraka lumpur Likuifaksi yang menelan nyawa dan harta warga di kawasan Balaroa, Petobo dan Jogo One.

Baca: Syahrini Bakal Dinikahi Reino Barack 26 Februari 2019 di Jepang? Incess Menulis Prakiraan Hati

Baca: Cerita Lengkap Siswi SMP Diperkosa Ayah Kandung: Rutin Minta Jatah hingga Main Dalam yang Waktu Lama

Baca: Inilah Daftar Pejabat Eselon IV dalam Rolling Jabatan Pemkab Minahasa Februari 2019

Penampakan Petobo sebelum dan setelah Gempa & Tsunami Palu
Penampakan Petobo sebelum dan setelah Gempa & Tsunami Palu 

Getaran yang tercipta jauh lebih kuat ketimbang pada gempa bumi yang lebih lambat.

Untuk mengungkap temuan tersebut ilmuwan menganalisa pengamatan resolusi tinggi spasial terhadap gelombang seismik yang disebabkan gempa bumi, radar satelit dan citra optis.

Metode ini diperlukan buat menghitung kecepatan, tempo dan tingkat magnitudo gempa berkekuatan 7,5 pada skala Richter di Sulawesi Tengah.

Menurut JPL, gempa di Palu bergerak dalam kecepatan stabil, yakni 14,760 km per jam, dengan getaran terbesar terjadi selama satu menit.

Gempa bumi biasanya terjadi dalam kecepatan antara 9.000 hingga 10,800 km per jam.

Ilmuwan menemukan, dua sisi dari sesar sepanjang 150 kilometer itu bergeser sepanjang lima meter - jumlah yang menurut ilmuwan sangat besar.

"Memahami bagaimana sesar bergerak pada gempa bumi besar bisa membantu menyempurnakan pemodelan bahaya seismik dan desain bangunan serta infrastruktur lainnya agar bisa menahan gempa bumi di masa depan," kata salah satu penulis studi, Eric Fielding, ilmuwan JPL.

Menurut studi, Sesar yang retak menciptakan ragam jenis gelombang di tanah, termasuk gelombang geser yang menyebar dengan kecepatan 12.700 km per jam.

Dalam gempa berkecepatan tinggi seperti di Palu, retakan yang bergerak cepat menyalip gelombang geser yang lebih lambat dan menciptakan efek domino yang menghasilkan gelombang seismik yang lebih mematikan.

Personel Basarnas Palu saat mengevakuasi satu jenazah perempuan di Hotel Roa-roa, Jl Patimura, Kelurahan Lolu Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (11/12/2018). (Dokumen Humas Basarnas). 
Personel Basarnas Palu saat mengevakuasi satu jenazah perempuan di Hotel Roa-roa, Jl Patimura, Kelurahan Lolu Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (11/12/2018). (Dokumen Humas Basarnas).  (Humas Basarnas)

"Getaran yang intensif serupa seperti dentuman sonik pada pesawat jet," kata Lingsen Meng, seorang profesor di University of California dan salah satu penulis studi.

Sumber: Tribun Manado
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved