Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Eka Tjipta Widjaja, Tamatan SD yang Mulai Bisnis Kelontong hingga Jadi Orang Terkaya Nomor 2

Besarnya bisnis yang dimiliki, membuat Eka Tjipta masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.

Editor: Nielton Durado
CNBC Indonesia
Eka Tjipta Widjaja Meninggal 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja meninggal dunia pada Sabtu (26/1/2019) pukul 19.43 WIB.
Managing Director Sinarmas Group Gandhi Sulistyanto dalam pesan singkatnya mengungkapkan jenazah Eka Tjipta disemayamkan di Rumah Duka Gatot Subroto Jakarta.

Baca: Liliyana Natsir Pensiun, Keluarga Ungkap Sosok Butet hingga Rencana Pulang Manado

Baca: Langgar Izin Tinggal, Wanita Cantik Asal Kazakhstan Diamankan Petugas Imigrasi Saat Bekerja di Toko

Eka Tjipta berhasil membangun perusahaannya Sinarmas Group yang bergerak di berbagai sektor bisnis, mulai properti, perkebunan, industri pengolahan, hingga keuangan.

Besarnya bisnis yang dimiliki, membuat Eka Tjipta masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.

 
Profil Eka Tjipta Widjaja

Nama asli Eka Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, Ia dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China.

Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin.

Tekadnya yang ingin mengubah hidup keluarganya, Eka kemudian memutuskan untuk merantau keluar dari kampung halamannya di Quanzhou, China.

Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun.

Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar.

Baca: Eka Tjipta Widjaja, Orang Kaya Ketiga di Indonesia Meninggal Dunia

Baca: Konglomerat dan Pendiri Sinar Mas Group Eka Tjipta Widjaja Meninggal Dunia

Tiba di Makassar, Eka kecil segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil.

Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir.

"Bersama ibu, saya ke Makassar tahun 1932 pada usia sembilan tahun"

"Kami berlayar tujuh hari tujuh malam. Lantaran miskin, kami hanya bisa tidur di tempat paling buruk di kapal, di bawah kelas dek"

"Ada uang lima dollar, tetapi tak bisa dibelanjakan, karena untuk ke Indonesia saja kami masih berutang pada rentenir, 150 dollar," Cerita Eka Tjipta Widjaya

Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju.

Halaman
1234
Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved