Sosok Mbah Sadikun Kuncoro, Kakek Asal Magetan yang Tinggal di Rumah Reyot Hampir Ambruk
Ambrolnya atap hampir separuh rumahnya yang berukuran 6X9 meter tersebut membuat hujan yang turun akan membuat seisi rumah basah kuyup.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Bicaranya lantang tanpa beban menceritakan kesulitan hidup yang harus dihadapi di usia senjanya.
Meski telah berusia 87 tahun, namun ingatan Mbah Sadikun Kuncoro tentang masa lalaunya masih bagus.
Bahkan dia masih ingat betul kapan dia lahir, tanggal pernikahan dia sampai kapan kedua anaknya lahir.
Baca: Bebas Hari ini, Begini Komentar Jokowi Terkait Kebebasan Ahok
Baca: Abu Bakar Baasyir Batal Dibebaskan Pemerintah, Berikut 6 Faktanya
Mbah Sadikun yang tinggal di Desa Semol Kabupaten Magetan Jawa Timur mengaku jika atap rumah yang selama ini ditinggalinya ambrol setahun yang lalu karena reng penyangga genting rumahnya yang terbuat dari bambu sudah rapuh.
Ambrolnya atap hampir separuh rumahnya yang berukuran 6X9 meter tersebut membuat hujan yang turun akan membuat seisi rumah basah kuyup.
Apalagi sebagian besar pasak atap rumah yang terbuat dari bambu terlihat sudah merapuh disana sini.
“Ya khawatir kalau ambruk, tapi di sini rumah saya,” ujarnya dalam bahasa Jawa kental kepada Kompas.com, Rabu (23/01/2019).
Baca: Pemkot Bitung Janji Bantu Aldo dan Julia Bojoh, Anak Pasutri yang Tewas Kecelakaan di Kairagi
Baca: Prostitusi Artis - Deretan Foto Transformasi Penampilan Aldira Chena
Isi rumah Mbah Sadikun kebanyakan berisi pakaian miliknya yang berserakan mana.
Sebuah dipan di tengah ruangan juga berisi pakaian dan beberapa karung gabah upah dari hasil kerjanya memanen padi di sawah milik tetangganya.
Karung gabah tersebut dibungkus dengan sejumlah kain bekas pakaiannya agar tak terkena tampias hujan.
“Kalau musim panen ya ikut manen padi. Ada yang nyuruh membersihan rumah ya saya terima juga,” imbuhnya.
Sadikun sebenarnya masih mempunyai dua anak perempuan yang kesemuanya mengikuti suaminya.
Sadikun mengaku sesekali masih mengunjungi kedua anaknya tersebut untuk bertemu dengan cucunya.
Terkait keadaan rumahnya yang memprihatinkan dia mengaku tidak ingin merepotkan kedua anaknya, karena suami kedua anaknya yang hanya berprofesi sebagai pembuat genting dan buruh pabrik juga kesulitan perekonomian.
“Kalau ketemu ya kadang sama sama nangis. Anak saya ingat saya yang hidup sendiri. Saya tidak mau diajak tinggal di sana kerena tidak mau merepotkan,” katanya.
Tidur di emperan
