KPU Tak Lagi Beri Kisi-kisi, Debat Pilpres Kedua Dilarang 'Nyontek'
Sudahlah, kira masyarakat ingin melihat pemikiran pemikiran yang otentik dari kandidat!
TRIBUNMANADO.CO,ID, JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) memastian tidak akan memberikan lagi kisi-kisi materi debat pada debat pilpres berikutnya. Dua kubu pasangan calon menyambut baik hal ini.
Keputusan tersebut diambil setelah KPU melakukan evalausi pada debat pertama yang dinilai belum memenuhi harapan publik. Rencananya, debat kedua akan dilangsungkan pada 17 Februri mendatang, mengambil tema Energi dan Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dan Infrastuktur.
Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional ( BPN) Prabowo-Sandi, Fadli Zon mengatakan, masyarakat menginginkan adanya pemikiran yang otentik dalam debat Pemilu Presiden 2019. Oleh karena itu, ia berharap selain tidak adanya kisi-kisi pertanyaan, KPU juga melarang adanya kertas di atas podium debat.
"Masukan saya harusnya, sudahlah saya kira masyarakat ingin melihat pemikiran pemikiran yang otentik dari kandidat karena itu enggak boleh, enggak usah lagi ada kisi-kisi dan juga kalau bisa ditempat podium itu tidak boleh ada kertas gitu jadi kertasnya kertas kosong saja yang disediakan KPU," kata Fadli, Senin (21/1).
Menurutnya, dengan seperti itu maka rakyat bisa menilai pemikiran pasangan calon presiden dan wakil presiden terhadap sejumlah permasalahan yang diajukan dalam debat. Karena kata Fadli bila melihat debat perdana, maka masyarakat menilai program-program yang disampaikan pasangan Capres-Cawapres, seperti buatan konsultan politik.
"Jadi saya pikir biasa itu sehingga kita ingin melihat pemikiran yang otentik apa sih yang sebetulnya dipikirkan supaya rakyat bisa menilai, dan bisa tahu ini loh program-programnya, ini loh visi misinya bukan visi misi ataupun program yang dibuatkan oleh konsultan," katanya.
Keputusan tersebut diambil setelah KPU melakukan evalausi pada debat pertama yang dinilai belum memenuhi harapan publik.Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Fadli Ramadhanil menilai pertanyaan dari panelis yang diberikan dalam debat pertama Pilpres kurang tajam.
Akibatnya, kata Fadli, kandidat capres dan cawapres tidak optimal dalam mengeksplorasi visi-misinya melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, ia tak heran bila jawaban yang keluar dari masing-masing kandidat normatif.
"Pertanyaan panelis kurang mendorong paslon (pasangan calon) menjelaskan permasalahan, solusi, dan komitmen konkret. Pertanyaan panelis pun tak optimal mengkonkrtekan visi-misi dan program yang butuh dipertimbangkan penonton untuk menentukan pilihannya," kata Fadli. (*)