Taufik Tumbelaka: Debat Pilpres Ajang Masyarakat Memilih Secara Objektif
Debat dalam kontestasi pilpres ini adalah bagian dari upaya pembangunan politik guna meraih kualitas demokrasi.
Penulis: Finneke Wolajan | Editor: David_Kusuma
Taufik Tumbelaka: Debat Pilpres Ajang Masyarakat Memilih Secara Objektif
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Debat dalam kontestasi pilpres ini adalah bagian dari upaya pembangunan politik guna meraih kualitas demokrasi.
Demikian diungkap Pengamat Politik Sulawesi Utara, Taufik Tumbelaka, Minggu (6/1).
Di mana lebih melibatkan masyarakat sebagai subjek politik agar masyarakat dapat melihat, merenung dan berfikir tentang pilihan politiknya secara objektif sesuai pemahamannya.
Hal ini juga bagian dari upaya memikul tanggung jawab bersama akan masa depan negara memalui pemilihan pemimpin yang diyakini akan membawa kecerahan yang semakin baik sesuai ekspektasi publik.
Untuk mencapai target tersebut maka masyarakat perlu dilibatkan, dan untuk itu masyarakat perlu diberikan stimulus agar ketertarikan itu menjadi muncul dengan kuat.
Baca: Liando: Debat Pilpres Harus Mengusung Komitmen Calon Terhadap Wacana yang Masih Pro dan Kontra
Baca: Prabowo Kalah di Sulut dan Langowan, Hashim: Karena Berita Hoaks dan Fitnah
Pada titik ini menjadi tantangan besar bagi penyelenggara pemilu, pasangan kandidat dan tim pemenangannya serta partai politik untuk bisa menciptakan debat yang menarik bukan hanya materinya tapi juga tampilannya memang sesuai selera pemilih pada umumnya.
Jika hal ini bisa berhasil dipenuhi dalam arti memeuhi antusias masyarakat, maka debat-debat dalam rangka pilpres berikut akan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Jika hal ini terjadi maka kualitas demokrasi akan meningkat.
Sejatinya pemilih menentukan pilihannya karena kesadaran dan pengetahuan yang cukup terhadap pilihan politiknya, untuk itu perlu media seperti debat yang memenuhi harapan masyarakat.
Jika tidak, maka sudah dipastikan kualitas demokrasi akan rendah karena para pemilih hanya sekadar memenuhi prosedural kewajiban warga negara, bukan bagian dari pemenuhan hak politik warga negara.
Ini sama dengan proses politik demokrasi prosedural dengan kata lain pilpres berpotensi sekedar formalitas seremonial, bukan demokrasi substansial.
Semoga hal ini nantinya tidak terjadi, karena pada prinsipnya proses demokrasi itu mahal secara pembiayaan maka wajar kalau ada ekspektasi tinggi akan prosesnya agar ekspektasi masyarakat terpenuhi di mana muaranya adalah kualitas proses menjadi terpenting, bukan hasil akhir.
Dengan proses yang berkualitas, maka dipastikan akan muncul kepuasan publik yang kuat, terlepas siapa yang nantinya meraih suara terbanyak dari masyarakat.
Ini semua bagian dari pembangunan politik yang selama ini tampak terabaikan. Momentum debat pilpres bisa dijadikan titik balik guna menjadikan kualitas demokrasi yang sesuai harapan. (fin)