Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tim Penyelamat Mendengar Suara Korban Gempa Palu yang Masih Hidup di Antara Reruntuhan 

The Associated Press mengungkap bahwa pihak tim penyelamat Prancis mengatakan, Kamis, kalau mereka telah mendeteksi tanda kehidupan

Editor: Aldi Ponge
Dahsyatnya bencana yang menghancurkan sejumlah kawasan Sulawesi Tengah (Sulteng). 

TRIBUNMANADO.CO.ID - The Associated Press mengungkap bahwa pihak tim penyelamat Prancis mengatakan, Kamis, kalau mereka  telah mendeteksi tanda kehidupan di bawah puing-puing sebuah hotel di Sulawesi tengah Indonesia, hampir seminggu setelah gempa bumi dahsyat dan tsunami, ketika jumlah korban tewas meningkat menjadi lebih dari 1.500 orang.

Sejumlah pihak penyelamat dalam tragedi bencana gempa dan tsunami di Sulteng telah mendeteksi tanda kehidupan.

Jumlah korban diprediksi terus bertambah bahkan belum diketahui korban jiwa saat Desa Petubo ditelan bumi dengan terjadinya likufasi, demikian diungkap oleh NBC news.

Baca: Jangan Ditumpuk, Korban Gempa Palu Minta Logistik Segera Dibagikan

Tim penyelamat memperingatkan bahwa faktor lain dapat menyebabkan anggota sensor menggunakannya untuk memberikan hasil yang salah.

Philip Besson, anggota organisasi Perancis Pompiers de l'urgence, mengatakan sensor berteknologi tinggi milik tim telah mendeteksi keberadaan korban di reruntuhan Hotel Mercure bintang empat di Palu, tapi tidak dapat mengatakan, apakah orang itu sadar.

Perangkat ini dapat mengambil tanda-tanda kehidupan, termasuk pernapasan dan detak jantung, katanya.

Nita Hamaale, yang adik perempuannya yang berusia 20 tahun diyakini terkubur di bawah reruntuhan hotel, mengatakan, seorang penerjemah untuk tim penyelamat Prancis mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak ingin meningkatkan harapannya agar korban ditemukan.

Baca: Daerah Ini Disiapkan Jadi Pangkalan Militer Terpadu di Timur Indonesia

Penerjemah mengatakan,  itu mungkin faktor lain seperti gas di reruntuhan bisa menghasilkan hal positif yang palsu, Hamaale mengatakan kepada The Associated Press.

Besson mengatakan tim beranggotakan lima orang hanya memiliki latihan tangan yang tidak cukup kuat untuk mencapai korban, yang terjebak di bawah beton tebal, dan harus meninggalkan penggalian ketika malam tiba.

Besson mengatakan, tim akan membawa peralatan berat Jumat pagi untuk mencoba menyelamatkan orang itu.

"Kami harus menelusuri beton untuk dapat memverifikasi dan mengakses korban," katanya kepada AP.

Upaya penyelamatan sejak gempa Jumat lalu telah sangat terhambat oleh kekurangan peralatan berat.

Badan penanggulangan bencana nasional mengatakan Kamis malam bahwa korban tewas telah meningkat menjadi 1.558.

Juru bicara Basarnas, Supoto Purwo Nugroho mengatakan, mayat seorang pria Korea Selatan termasuk di antara delapan orang yang tewas pada Kamis dari reruntuhan hotel lain, Roa Roa, yang roboh ke samping di tumpukan semen dan baja.

Televisi setempat mengatakan pria itu, satu-satunya orang asing yang diketahui tewas dalam bencana itu adalah seorang anggota unit paralayang, yang mengambil bagian dalam sebuah acara di daerah tersebut.

Baca: Adegan Kasino Tipu-tipu Jualan Koran di Warkop DKI Kembali Viral Setelah Kebohongan Ratna Sarumpaet

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved