Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Kisah Tiga Bersaudara yang Terpisah dari Orangtuanya Pasca-gempa

Abu Syatif Ayusman (12) dan dua adiknya berhasil selamat dari bencana gempa dan tsunami yang mengguncang Palu, pada hari Jumat (28/09/2018).

Editor: Indry Panigoro
KOMPAS.com/ROSYID A AZHAR
Kondisi Kelurahan Balaroa di Sulawesi Tengah yang hancur ditelan bumi setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Sulawesi Tengah. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Abu Syatif Ayusman (12) dan dua adiknya berhasil selamat dari bencana gempa dan tsunami yang mengguncang Palu, pada hari Jumat (28/09/2018).

Ratusan anak-anak korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah ditampung di kompleks SD dan TK Panrita, Jalan Bukit Baruga, Kota Makassar. (KOMPAS.com/Hendra Cipto)
Ratusan anak-anak korban bencana gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah ditampung di kompleks SD dan TK Panrita, Jalan Bukit Baruga, Kota Makassar. (KOMPAS.com/Hendra Cipto) ()

Namun, Yusman dan dua adiknya, Nadia Farah Rabbani (11) dan Asep Mustakim (5), harus terpisah dari kedua orangtuanya hingga saat ini. 

Sejumlah fakta terungkap dari perjalanan Yusman dan dua adiknya sejak gempa 7,4 Skala Richter. 

1. Yusman dan adik-adiknya terpisah dengan orangtuanya

Kerusakan di Dupa Tondo, Kelurahan Layana, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Kawasan pergudangan dan mebel yang terletak di pesisir pantai, luluh lantak diterjang tsunami.
Kerusakan di Dupa Tondo, Kelurahan Layana, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/10/2018). Kawasan pergudangan dan mebel yang terletak di pesisir pantai, luluh lantak diterjang tsunami.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Pada hari Jumat, (28/9/2018), Yusman bersama Nadia dan Asep sedang bermain di luar rumah.

Saat itu, ibu mereka sedang berada di rumah di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Sang ayah sedang pergi bekerja di luar rumah.  

Sekitar pukul 17.00 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang. Saat itu, Yusman dan dua adiknya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Tanah yang mereka pijak seakan bergoyang keras dan membuat mereka kelimpungan.

Tak hanya itu, ketiga bocah itu pun panik karena tiba-tiba melihat banyak warga berlarian menuju ke bukit Vatutela, tempat tinggi yang populer di desanya.

“Saya rasa goyang keras sekali, rumah-rumah retak dan ada yang hancur. Orang-orang lari semua, mereka bilang air naik. Jadi saya ikut numpang di mobil bak terbuka ke bukit," kata Yusman sembari mengusap air matanya.

Setelah menginap semalam di Vatutela bersama pengungsi lainnya, Yusman berpamitan kepada kedua adiknya untuk mencari kedua orangtua mereka. Namun, Yusman hanya menemukan rumah mereka yang telah hancur.

Tidak ada jejak keberadaan ayah dan ibu mereka. 

Baca: Saat Gempa Guncang Palu, Ibu Muda Ini Selamatkan Bayinya

2. Yusman dan adiknya ikut mengungsi ke Makassar

Warga di tenda pengungsian kelurahan Besusu Timur, kota Palu, Sulawesi Tengah Rabu (03/10/2018) kekurangan bahan makanan dan obat-obatan, mereka memilih bertahan di tenda dekat dari permukiman mereka
Warga di tenda pengungsian kelurahan Besusu Timur, kota Palu, Sulawesi Tengah Rabu (03/10/2018) kekurangan bahan makanan dan obat-obatan, mereka memilih bertahan di tenda dekat dari permukiman mereka(KOMPAS.com/AMRAN AMIR )

Yusman akhirnya memutuskan untuk kembali ke bukit Vatutela dengan membawa kabar buruk kepada kedua adiknya, Asep dan Nadia.

Setelah itu, ketiga bocah tersebut turut serta bersama pengungsi lainnya mengungsi ke Makassar dengan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU.

“Setelah tiba di Makassar, kami di sini diberi makanan, minuman, dan pakaian. Kami sehat di sini. Saya harap kedua orangtua kami selamat dan bisa kembali bertemu,” tutur Yusman.

3. Semalam di bukit Yusman dan kedua adikknya tak makan

Lolos dari Gempa dan tsunami, 22 pengungsi asal Donggala dan Palu meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari rumah keluarganya di Sulsel
Lolos dari Gempa dan tsunami, 22 pengungsi asal Donggala dan Palu meninggalkan kampung halaman mereka untuk mencari rumah keluarganya di Sulsel(KOMPAS.com)

Saat mengungsi di bukit Vatutela, Yusman menceritakan, seharian dirinya dan kedua adiknya harus menahan lapar.

Yusman sebagai kakak tertua pun mencoba mencari sesuap makanan bagi adiknya. Namun, Yusman hanya mendapat minuman untuk melepas dahaga.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved