Stigma Buruk Kaum Petani, Catatan Peringatan Hari Tani Nasional 24 September
Tidak heran bila presiden pertama kita Ir Soekarno pernah berkata bahwa “Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa”.

Oleh:
Henry Roy Somba ST
Pelaku Usaha Pertanian
ADA stigma negatif yang selama ini terbangun di masyarakat kita bahwa menjadi petani adalah profesi yang paling rendah dan tidak bergengsi. Sesuai data yang saya peroleh bahwa Indonesia kehilangan 1 juta petani setiap tahun.
Fenomena ini sangat memprihatinkan karena banyak orang yang berusaha menghindari profesi ini, bahkan orang tua pada umumnya berusaha menyekolahkan anak-anaknya hanya karena tidak menginginkan keturunannya memiliki profesi sebagai petani.
Sejauh ini sejak mengeluti usaha di bidang pertanian sekaligus menggerakkan masyarakat untuk kembali melirik usaha pertanian melalui beberapa organisasi kemasyarakatan, saya mengamati bahwa pada umumnya petani tidak memiliki “mindset” yang baik terhadap profesi mulia ini.
Profesi petani dianggap sebagai pekerjaan yang kotor, rendah dalam strata sosial, dan tidak memiliki masa depan.
Baca: Pengamat Ekonomi: Pemerintah jangan Abaikan Sektor Pertanian dan Perikanan
Padahal apa yang dia hasilkan dari kegiatan bercocok tanam ini adalah produk-produk yang diburu orang setiap hari yang merupakan sumber kehidupan manusia sehingga tidak heran bila presiden pertama kita Ir Soekarno pernah berkata bahwa “Soal pangan adalah soal hidup matinya bangsa”.
Melihat fenomena terus berkurangnya masyarakat yang bekerja di sektor pertanian membuat negara kita terancam akan ketersediaan kebutuhan pangan nasional di masa yang akan datang.
Saya sendiri memiliki disiplin ilmu yang bertolak belakang dengan pertanian yaitu sebagai arsitek yang akhirnya jatuh cinta dengan pertanian dan menjalankan usaha di bidang ini sampai sekarang karena melihat potensi yang menjanjikan dari usaha ini.
Tahun 2017 ada sebuah program jenius pemerintah kita untuk regenerasi petani melalui Kementerian Pertanian dan saya salah satu anak muda yang sempat mengikuti program ini. Tapi, sayangnya, programnya seperti tidak ada tindak lanjut padahal ini merupakan sebuah kebijakan yang menurut saya sangat strategis untuk menciptakan petani-petani baru dengan mindset pengusaha yang berorientasi kelembagaan.
Sehingga, menurut hemat saya, output dari program ini dapat membantu sektor pertanian kita untuk semakin bergairah dan mampu mengantisipasi fakta hilangnya profesi petani setiap tahun.
Baca: Dorong Program Ketahanan Pangan, TNI Menggerakan Babinsa Bantu Petani
-
Sukseskan Nawacita, Adriana Dondokambey Komitmen Perhatikan Petani
-
Prabowo Diminta Bagikan Ratusan Ribu Hektare Lahan untuk Petani Kecil
-
Harga Jagung di Boltim Anjlok, Hanya Rp 2.800 Per Kilogram, Petani Pilih Jual lebih Awal
-
Kopda Rusmanto Paputungan Bantu Petani Mongkoinit Bolmong Panen 4 Ton Jagung
-
Selalu Dibantu Bajak Sawah, Petani Bolmong Bangga Memiliki TNI